Sirah Nabawiyah

Kisah Penindasan Kafir Quraisy terhadap Abu Bakar ra dan Hikmahnya

Rab, 11 Agustus 2021 | 23:00 WIB

Kisah Penindasan Kafir Quraisy terhadap Abu Bakar ra dan Hikmahnya

Kisah penindasan kafir Quraisy terhadap Abu Bakar ra

Selama perjalanan dakwah Rasulullah saw, para sahabat tidak luput dari berbagai penindasan oleh kafir Quraisy. Namun karena keimanan sudah tertancap kuat dalam jiwa, membuat mereka tidak menghiraukan penindasan itu. Salah seorang sahabat yang mengalami penindasan luar biasa adalah Abu Bakar ash-Shiddiq ra, sahabat Rasulullah saw yang paling setia.


Abu Bakar ra merupakan salah satu sahabat yang masuk Islam pada fase awal dakwah Islam, sehingga termasuk kelompok as-Sâbiqûnal Awwalûn (orang-orang yang masuk Islam lebih dulu). Tentang Abu Bakar, Rasulullah saw pernah bersabda:


مَا دَعَوْتُ أَحَدًا إلَى الْإِسْلَامِ إلَّا كَانَتْ فِيهِ عِنْدَهُ كَبْوَةٌ ، وَنَظَرٌ وَتَرَدُّدٌ، إلَّا مَا كَانَ مِنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي قُحَافَةَ، مَا عَكَمَ عَنْهُ حِينَ ذَكَرْتُهُ لَهُ، وَمَا تَرَدَّدَ فِيهِ


Artinya: “Aku tidak mengajak seorang pun masuk Islam melainkan ia tidak langsung memberikan jawaban, kecuali Abu Bakar bin Abi Quhafah. Ia tidak lamban memberikan jawaban dan tidak ragu-ragu ketika aku mangajak kepada Islam.”


Sebagaimana dialami banyak sahabat, Abu Bakar ra juga kerap kali mendapat perlakuan kejam dari kafir Quraisy. Kepalanya dilempari debu, bahkan pernah dipukuli di Masjidil Haram saat menyampaikan dakwah Islam hingga hampir saja meregang nyawa. Berikut adalah kisah penindasan yang dialami Abu Bakar ra sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Ali Muhammad ash-Shallabi dalam kitab as-Sîratun Nabawiyyah.


Dalam riwayat Sayyidah ‘Aisyah ra dijelaskan, suatu ketika berkumpul 39 sahabat Nabi saw di Masjidil Haram. Abu Bakar ra yang gigih menyebarkan Islam meminta kepada Rasulullah saw untuk dakwah secara terang-terangan. Kebetulan, saat itu dakwah Rasulullah saw masih sembunyi-sembunyi, mengingat jumlah kaum muslimin masih sedikit. Merespon permintaan Abu Bakar ra, Rasulullah saw berkata, “Wahai Abu Bakar, jumlah kita masih sedikit.”


Namun, Abu Bakar ra terus mendesak. Hingga akhirnya Rasulullah saw mengizinkannya. Setelah itu, para sahabat berpencar ke tiap sisi masjid. Masing-masing dibagi sesuai kelompok. Penuh percaya diri Abu Bakar ra berpidato menyeru kafir Quraisy untuk masuk Islam. Dari peristiwa ini, Abu Bakar ra merupakan orang yang pertama kali menyampaikan pidato terbuka tentang dakwah Islam.


Melihat itu, spontan kaum kafir Quraisy bereaksi. Mereka murka dan langsung menganiaya para sahabat. Abu Bakar ra yang dituduh sebagai provokator segera diinjak-injak dengan sadis. Salah satu kafir Quraisy yang bernama ‘Utbah bin Rabi’ah memukulinya dengan kedua sandal dan menampar keras wajahnya. Lalu ia melompat dan menjatuhi perutnya. Habis sudah Abu Bakar ra. Wajahnya babak belur dan tubuhnya terkapar tidak berdaya.


Tidak lama kemudian, datang Bani Taim. Semangat kesukuan membuat mereka menyelamatkan Abu Bakar ra dan mengevakuasinya ke rumah. Saat itu Bani Taim menganggap Abu Bakar ra mustahil diselamatkan nyawanya karena sudah sangat kritis. Bani Taim murka dan mengancam ‘Utbah, “Demi Allah! Jika Abu Bakar mati, maka akan kami bunuh ‘Utbah bin Rabi’ah!”


Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) dan Bani Taim terus memanggil lirih Abu Bakar ra sampai bisa menjawab. Hingga petang hari, Abu Bakar baru tersadar. “Apa yang terjadi pada Rasulullah?” kalimat yang pertama kali diucapkannya. Mereka yang belum masuk Islam pun tidak suka mendengarnya. 


Ketika Abu Bakar ra hanya tinggal berdua bersama ibunya, Ummul Khair (saat itu belum masuk Islam), Abu Bakar ra bertanya lagi, “Apa yang terjadi pada Rasulullah?” Ibunya menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengetahui sahabatmu itu.”

 

“Mohon datangi Ummul Jamil bintil Khattab, dan tanyakan padanya tentang kondisi Rasulullah”, lanjut Abu Bakar ra.


Ibunya pun segera menemui Ummul Jamil ra. Setelah menemuinya, Sang Ibu bertanya perihal Rasulullah saw. Tapi sepertinya Ummul Jamil ra waspada, Ibu Abu Bakar ra belum masuk Islam. Khawatir dia mata-mata kafir Quraisy, Ummu Jamil ra pun berpura-pura, “Aku tidak kenal Abu Bakar, juga tidak kenal dengan Muhammad bin Abdullah yang kau tanyakan.” 


“Boleh aku ikut denganmu menemui anakmu?” pinta Ummu al-Jamil ra.


Ummul Khair pun mengantarnya menemui Abu Bakar ra. Ketika sampai dan bertemu Abu Bakar ra, Ummu Jamil ra berakat, “Demi Allah, sungguh orang-orang yang memperlakukanmu seperti ini benar-benar fasik dan kufur! Aku berharap Allah membalas perbuatan mereka untukmu.”


“Apa yang terjadi pada Rasulullah?” tanya Abu Bakar ra.


Ummu Jamil tidak bisa segera menjawab, karena di situ ada Ummul Khair. Khawatir keberadaan Rasulullah saw diketahui kafir Quraisy dan hal itu akan mengancam keselamatannya. Kebetulan saat itu masih fase dakwah sembunyi-sembunyi, sehingga keberadaan Rasulullah saw sangat dirahasiakan. Jangan sampai tempat persembunyiannya terbongkar.


Lalu Abu Bakar ra meyakinkan Ummul Jamil, bahwa ibunya tidak berbahaya. Tidak bersekongkol dengan kafir Quraisy. Mendengar itu, Ummul Jamil ra pun memberitahu kondisi Rasulullah, “Beliau baik-baik saja, ada di Baitul Arqam (rumah al-Arqam).”


“Aku bersumpah demi Allah, tidak akan makan dan minum sebelum bertemu Rasulullah!” tegas Abu Bakar. 


Akhirnya, Ummul Khair dan Ummul Jamil ra memapah Abu Bakar ra saat kedaan benar-benar sepi dan membawanya menuju Baitul Arqam. Sesampai di sana Rasulullah ra langsung merangkul dan menciumnya, begitupun orang-orang Islam lainnya. Atas kebaikan ibunya, Abu Bakar ra meminta Rasulullah saw agar Sang Ibu mau beriman kepada Allah swt, dan  tidak lama kemudian ibunya pun masuk Islam.


Hikmah
Kisah penindasan dari kafir Quraisy yang menimpa Abu Bakar ra tersebut mengandung banyak hikmah.

 
Pertama, Abu Bakar ra adalah sosok sahabat yang memiliki keimanan sangat tinggi. Ia berani menyatakan keimanan di depan kafir Quraisy. Bahkan saat dirinya harus dianiaya sampai kritis dan hampir meninggal.


Kedua, Abu Bakar ra merupakan sosok muslim yang sangat mencintai Rasulullah saw. Dalam kondisi kritis saja ia terus mendesak bertanya tentang keadaan Rasulullah saw, bahkan bersumpah tidak makan dan minum sebelum bertemu dengannya.


Ketiga, kepura-puraan Ummul Jamil ra saat ditanyai kondisi Rasulullah saw oleh Ummul Khair merupakan tindakan kewaspadaan. Ini salah satu taktik dalam menghindari ancaman musuh. Saat itu, kafir Quraisy sedang mengincar Rasulullah saw dan para pengikutnya. Ummul Khair yang belum masuk Islam wajar dicurigai sebagai mata-mata. Meskipun pada akhirnya Ummul Jamil ra mengetahui bahwa Ummul Khair tidak berbahaya setelah mendapat penjelasan dari Abu Bakar ra.


Keempat, memanfaatkan situasi untuk mendapat simpati. Begitu Ummul Jamil ra bertemu Abu Bakar ra, ia berkata, “Demi Allah, sungguh orang-orang yang memperlakukanmu seperti ini benar-benar fasik dan kufur! Aku berharap Allah membalas perbuatan mereka untukmu”. Ini adalah trik untuk mendapat simpati Ummul Khair. Ummul Jamil ra menampakkan empati pada Abu Bakar ra, sehingga ibunya merasa senang. Hal ini kemudian membuat simpati Ummul Khair pada Ummul Jamil ra, dan berikutnya mudah diajak masuk Islam.


Kelima, memilih waktu yang tepat untu melaksanakan misi. Saat Abu Bakar ra hendak dipapah menemui Rasulullah saw, Ummul Jamil ra dan Ummul Khair menunggu kondisi jalanan sepi. Hal ini demi menghindari kecurigaan kafir Quraisy. Sehingga perjalanan berlangsung secara aman. Mereka pun berhasil menemui Rasululah saw dengan selamat. Wallâhu a’lam. (Ali Muhammad ash-Shallabi, as-Sîratun Nabawiyyah ‘Ardhu Waqâ’i’ wa Tahlîlil Ahdâts, [Beirut, Dârul Ma’rifah: 2008], halaman 137-150).

 

 

Ustadz Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, dan Mahasantri Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta.