Dakwah Nabi terhadap Ahli Kitab yang Sudah Mapan dengan Agamanya
Rabu, 6 Oktober 2021 | 22:00 WIB
Muhamad Abror
Kolomnis
Hanya dalam 23 tahun, Nabi saw berhasil mengubah tatanan religius bangsa Arab. Terbukti, saat persitiwa Haji Wada’ menjelang kewafatannya, sejumlah 140.000 bangsa Arab dari berbagai penjuru turut hadir dalam haji pertama sekaligus terakhir sejak Nabi saw hijrah di Madinah. Jelas, pencapaian gemilang itu membutuhkan metode cerdas dalam merangkul umat. Termasuk pula bagaimana dakwah Nabi saw terhadap Ahli Kitab, sekelompok orang yang telah mapan dengan agama samawi sebelum Islam hadir.
Dakwah Nabi saw terhadap Ahli Kitab
Ahli Kitab adalah sekelompok orang yang memeluk agama Yahudi atau Nasrani, kendati mereka bukan asli dari Bani Israil. Jika orang Yahudi nabinya adalah Musa as dengan kitabnya Taurat, sementara orang Nasrani nabinya adalah Isa as dengan kitabnya Injil. (Muhammad bin Sidi asy-Syinqithi, Manhaj ar-Rasûl fi Da’wah Ahli al-Kitâb, [Saudi, Dar al-Qiblah li ats-Tsaqâfah al-Islâmiyyah: 1992], halaman 22).
Definisi di atas berdasarkan firman Allah berikut:
يٓأَهۡلَ ٱلۡكِتٰبِ لِمَ تُحَآجُّونَ فِيٓ إِبۡرٰهِيمَ وَمَآ أُنزِلَتِ ٱلتَّوۡرَىٰةُ وَٱلۡإِنجِيلُ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
Artinya: “Hai Ahli Kitab, mengapa kalian bantah-membantah hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kalian tidak berpikir?” (QS. Ali Imran [3]: 65)
Ayat di atas menjelaskan orang-orang Yahudi dan Nasrani (Ahli Kitab) yang saling mengklaim bahwa Nabi Ibrahim as adalah golongan mereka. Orang Yahudi mengklaim Ibrahim as adalah golongan mereka, bukan Nasrani. Sementara klaim orang Nasrani sebaliknya. Tapi, klim mereka salah, Ibrahim bukan dari kaum Yahudi ataupun Nasrani. Buktinya, Ibrahim sudah hidup sebelum Taurat diturunkan kepada Musa. Juga agama Nasrani baru ada setelah sekian lama dari kewafatan Ibrahim as. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’ân al-‘Adzîm, [Riyadh: Dar ath-Thaibah, 1997], juz IV, halaman 57).
Penyampaian dakwah Islam kepada Ahli Kitab adakalanya dengan cara yang umum sebagaimana dilakukan kepada umat lain. Adakalanya pula dengan pengkhususan untuk tujuan tertentu, yang pada intinya untuk lebih mudah merangkul mereka memeluk agama Islam.
Dakwah terhadap Ahli Kitab dengan Redaksi Umum
Berikut adalah salah satu hadits yang menjelaskan dakwah Nabi saw secara umum yang ditunjukkan kepada semua umat. Rasulullah saw bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Artinya: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nasrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (HR Muslim).
Hadits di atas menjelaskan ajakan beriman kepada seluruh umat manusia, bukan untuk Ahli Kitab saja. Dalam kajian Ushul Fiqih, kata أَحَدٌ pada لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ berupa bentuk nakirah (genaral) dalam kalimat negatif yang menunjukkan arti umum. Artinya, siapa saja (Ahli Kitab atau bukan), terkena ajakan beriman tersebut. (Muhammad bin Sidi asy-Syinqithi, Manhaj ar-Rasûl fi Da’wah Ahli al-Kitâb, halaman 54).
Memang, dalam hadits disebutkan umat Yahudi dan Nasrani, tetapi bukan tujuan untuk mengkhususkan ajakan beriman hanya kepada mereka. Justru penyebutan dua umat itu untuk menegaskan universinalitas ajakan. Maksudnya, umat Yahudi dan Nasrani yang sudah mapan dengan agama samawi (resmi) saja harus memeluk agama Islam, apalagi umat beragama selain mereka, atau bahkan yang tidak beragama sama sekali (Musa Syahin Lasyin, Fathul Mun’im Syarah Sahîh Muslim, [Kairo: Daru asy-Syuruq, 2002], juz I, halaman 490).
Dakwah Nabi saw terhadap Ahli Kitab dengan Redaksi Khusus
Selain menggunakan redaksi umum, redaksi dakwah terkadang dikhususkan kepada Ahli Kitab. Hal ini tidak lepas dari tujuan-tujuan tertetu, guna menghasilkan pencapaian dakwah yang lebih maksimal. Berikut adalah contohnya, saat Nabi saw menjanjikan pahala dua kali lipat bagi Yahudi dan Nasrani yang mau memeluk agama Islam.
ثَلَاثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ وَالْعَبْدُ الْمَمْلُوكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ؛ وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيمَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا، فَلَهُ أَجْرَانِ
Artinya: “Ada tiga orang yang akan mendapat pahala dua kali; (1) seseorang dari Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada Muhammad ﷺ; (2) seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya; (3) dan seseorang yang memiliki hamba sahaya wanita, lalu dia memperlakukannya dengan baik, mendidiknya dengan baik, dan mengajarkan kepadanya dengan sebaik-baik pengajaran, kemudian membebaskannya dan menikahinya, maka baginya dua pahala’." (HR Al-Bukhari).
Pada hadits tersebut, terdapat kata Ahli Kitab (أَهْلِ الْكِتَابِ), yang ditunjukkan untuk umat Yahudi dan Nasrani. Semestinya diartikan umum, artinya umat apa saja yang memiliki kitab. Karena kata الْكِتَابِ berbentuk tunggal (mufrad) dan dimasuki alif lam (ال), dalam kajian Ushul Fiqih, seharusnya diartikan umum. Namun, meski redaksinya umum, tetapi arti yang dikehendaki khusus (terbatas), yaitu hanya umat Yahudi dan Nasrani. (Abu Musthafa al-Baghdadi, Nuzhatul ‘Uqul Syarah Lubbl Ushul, halaman 139).
Imam As-Sanusi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan, alasan umat Yahudi dan Nasrani mendapat pahala dua kali lipat jika beriman kepada Nabi Muhammad saw adalah, karena dengan masuk Islam, mereka telah mengikuti dua kebenaran. Kebenaran pertama adalah mengikuti ajaran Nabi Musa (untuk umat Yahudi) dan ajaran Nabi Isa (untuk umat Nasrani), dan kebenaran kedua adalah dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw (dengan meninggalkan ajaran agama sebelumnya). [Muhammad bin Sidi asy-Syinqithi, Manhaj ar-Rasûl fi Da’wah Ahli al-Kitâb, halaman 59).
Pahala dan Dosa Ahli Kitab
Sementara Syekh Musa Syahin Lasyin mengungkapkan, pelipatgandaan itu tidak hanya berlaku jika mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw, tetapi juga seandainya mengingkarinya. Artinya, sebenarnya umat Yahudi dan Nasrani sudah mengetahui kebenaran Nabi Muhammad dalam kitab mereka. Sesuatu yang tidak dimiliki umat lain. Sehingga, jika mereka beriman, maka pahalanya lebih besar dari umat lain. Sebaliknya, jika tidak beriman, mereka mendapat dosa lebih besar. (Musa Syahin Lasyin, Fathul Mun’im Syarah Sahîh Muslim, juz I, halaman 494).
Ini adalah salah satu janji pahala yang diberikan kepada umat Yahudi dan Nasrani yang disinggung dalam dakwah Nabi, yang tidak diberikan kepada orang Musyrik (selain Yahudi dan Nasrani). Dengan janji dua pahala itu, otomatis membuat kedua umat lebih tertarik memeluk Islam.
Demikianlah salah satu rahasia dakwah Rasulullah saw. Hasil yang baik harus dilakukan dengan metode yang baik pula. Wallâhu a’lam.
Ustadz Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta
Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
4
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
GP Ansor Jatim Ingin Berangkatkan Umrah Bapak Penjual Es Teh yang Viral dalam Pengajian Gus Miftah
Terkini
Lihat Semua