Shalawat/Wirid

Shalawat Farah: Sejarah, Penulis, dan Keutamaannya

Jum, 15 April 2022 | 13:03 WIB

Shalawat Farah: Sejarah, Penulis, dan Keutamaannya

Shalawat Farah merupakan bacaan yang berisikan doa dan pujian kepada Nabi Muhammad.

Berikut ini penulis akan menjelaskan salah satu shalawat dari sekian banyak shalawat kepada Nabi Muhammad, shalawat itu adalah shalawat Farah, atau bisa juga diartikan dengan shalawat kebahagiaan, sebagaimana arti dari kata farah itu sendiri.


Sebagaimana shalawat pada umumnya, shalawat Farah merupakan bacaan yang berisikan doa dan pujian kepada Nabi Muhammad. Hal itu sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan kepadanya. Selain karena telah sukses membawa ajaran Islam dengan penuh rahmat, juga sebagai pujian kepada satu-satunya makhluk paling mulia di sisi Allah swt.


Berikut teks, transliterasi dan arti dari shalawat Farah:


اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلَّذِيْ مَلَأْتَ قَلْبَهُ مِنْ جَلَالِكَ، وَعَيْنَهُ مِنْ جَمَالِكَ، فَأَصْبَحَ فَرَحَا مُؤَيَّدًا مَنْصُوْرًا، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadinil ladzi mala’ta qalbahu min jalalika wa ‘ainahu min jamalika fa ashbaha farahan muayyadan manshuran, wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim tasliman katsiran


Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, yang telah Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu, dan Engkau penuhi matanya dengan keindahan-Mu sehingga beliau menjadi bahagia, dikuatkan, dan dibantu. Limpahkan pula rahmat kepada keluarga dan para sahabat beliau. Berilah mereka semua keselamatan yang berlimpah.”


Selain dikenal dengan sebutan shalawat Farah, shalawat di atas juga masyhur dengan nama shalawat an-Nukmai, sebagai nisbat kepada ulama yang menyusun pertama kali shalawat tersebut, yaitu Syekh Abu Abdullah an-Nu’man.


Sekilas Tentang Penulis

Dalam catatan Imam Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibbatullah, yang sangat masyhur dengan sebutan Imam Ibnu Asakir (wafat 571 H), Syekh Abu Abdillah an-Nu’man merupakan salah satu ulama terseohor abad ketiga hijriyah. Ia dilahirkan pada tahun 336 di Baghdad, dan ada juga yang mengatakan pada tahun 338 H.


Syekh Abdullah an-Nu’man terlahir dari sosok orang tua ahli ibadah yang sangat taat dan memiliki pemahaman ilmu yang sangat luas. Di bawah bimbingannya, ia tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas dan tangkas, bahkan semua pelajaran yang diajarkan orang tuanya berhasil ia paham dan hafal dengan mudah.


Menginjak usia dewasa, Syekh an-Nu’man melanjutkan rihlah intelektualitasnya kepada para ulama tersohor yang ada di Baghdad. Kepada mereka ia belajar banyak cabang-cabang ilmu syariat, mulai dari tauhid, fiqih, tafsir, hadits, termasuk ilmu tasawuf.


Setelah rihlah keilmuannya dianggap selesai. Ia pulang untuk mengajarkan apa yang telah ia peroleh. Hanya saja, Syekh an-Nu’man lebih senang dengan ajaran tasawuf, sehingga ia lebih memilih menyendiri dan menghindar dari keramaian. Sesekali memberi nasihat kepada masyarakat dan mendidik mereka, namun lebih sering menyendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah.


Dalam kesendiriannya, ada dua motif bacaan yang sering terucap dari Syekh an-Nu’man menurut Imam Ibnu Asakir, (1) zikir; dan (2) shalawat. Dua bacaan tersebut selalu menghiasi lisannya. Dengan keduanya pula, keimanan pada Allah dan mahabbah-nya kepada Rasulullah sangat tampak. Bahkan, ia berhasil menulis salah satu shalawat yang sangat masyhur, yaitu shalawat Farah atau shalawat an-Nu’mani. (Ibnu Asakir, Tarikhu Dimisyqa (Damaskus), [Beirut, Darul Fikr: 1995], 6, halaman 117).


Shalawat Terbaik bagi Rasulullah

Setiap shalawat memiliki nilai secara tersendiri bagi Rasululah. Ada jenis shalawat yang jika dibaca satu kali, pahalanya bisa membandingi ribuan shalawat lainnya. ada juga jenis shalawat yang khusus di baca pada malam hari dan siang hari. Namun, dari beberapa jenis shalawat tersebut, tentu ada satu shalawat terbaik bagi Rasulullah, dan yang terbaik itu adalah shalawat Farah.


Syekh Abdussalam al-Imrani al-Khalidi menceritakan kisah itu dalam salah satu kitabnya, mengutip kisah Imam ad-Damiri dalam Syarah al-Minhaj lid Damiri. Dalam kitab itu disebutkan bahwa Syekh AN-Nukman sangat sering bertemu dengan Rasululah dalam mimpinya, bahkan tercatat sebanyak 100 kali ia bermimpi dengannya,


نُقِلَ عَنْ شَرْحِ الْمِنْهَاجِ لِلدَّمِيْرِيْ، أَنَّ الشَّيْخَ أَبَا عَبْدِ اللهِ بْنِ النُّعْمَانِ رَأَى رَسُوْلَ اللهِ فِي النَّوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ، فَقَالَ فِي الْأَخِرَةِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ الصَّلَاةِ عَلَيْكَ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: قُلْ اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلَّذِيْ مَلَأْتَ قَلْبَهُ ... الخ


Artinya, “Diceritakan dari kitab Syarhul Minhaj karya Imam ad-Darimi, sungguh Syekh Abu Abdillah bin an-Nu’man telah bermimpi Rasulullah di waktu tidur sebanyak 100 kali. Maka ia bertanya di akhir mimpinya (yang ke-100): ‘Wahai Rasulullah, shalawat apakah yang paling utama bagimu?’ Rasulullah menjawab, ‘Katakanlah Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadinil ladzi mala’ta qalbahu …. Sampai selesai.’” (Syekh al-Imrani, Fadlu Dzikrillah was Shalah ‘alan Nabi ar-Rahmah min Wahyil Kitab was Sunnah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 2000], halaman 105).


Keutamaan Shalawat Farah

Sebagaimana jamak diketahui, shalawat memiliki banyak keutamaan dan fadilah, di antaranya, orang yang membaca akan mendapatkan pahala dari Allah dan akan memiliki jaminan syafaat dari Rasulullah kelak di hari kiamat. Selain itu, masing-masing dari setiap shalawat memiliki keistimewaan dan keutamaan secara tersendiri. Termasuk shalawat Farah.


Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan keutamaan shalawat yang satu ini. Menurutnya, orang yang istiqamah memperbanyak membaca shalawat ini, akan bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan mendapatkan kebahagiaan. Dalam kitabnya disebutkan,


مَنْ صَلَّى بِهَا فَأَكْثَرَ، رَأَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَالَ سُرُوْرًا وَنَصْرًا عَزِيْزًا


Artinya, “Barang siapa bershalawat dengan shalawat Farah, kemudian memperbanyak (membacanya), maka akan bermimpi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mendapatkan kebahagiaan, dan pertolongan yang kuat (dari Allah).” (Sayyid Muhammad, Syawariqul Anwar min Ad’iyatis Sadatil Akhyar, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 2010], halaman 207).


Demikian penjelasan singkat perihal sejarah, penulis, dan keutamaan shalawat Farah. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa istiqamah dalam mebacanya, serta bisa diertemukan dengan Rasulullah sekalipun dalam mimpi, dan juga selalu mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat, Amin.


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.