Shalawat/Wirid

Penentuan Khasiat Suatu Wirid dalam Pandangan Islam

NU Online  Ā·  Jumat, 16 November 2018 | 02:30 WIB

Seringkali kita mendengar dari para guru atau dari tokoh tertentu tentang suatu bacaan yang apabila dibaca dengan tata cara tertentu, maka akan menghasilkan khasiat tertentu. Beberapa orang mempermasalahkan amalan semacam ini sebab dianggap tidak ada haditsnya atau tidak ada tuntunannya dari Rasulullah sehingga mereka berasumsi bahwa hal seperti ini adalah bagian dari bidah yang sesat itu. Padahal, sebenarnya fenomena semacam ini bukan hal baru.
 
Di masa Rasulullah Muhammad ļ·ŗ, penentuan khasiat suatu bacaan tanpa diajarkan oleh Rasul sudah terjadi. Dalam kitabĀ Shahih-nya, Imam Bukhari meriwayatkan kisah panjang berikut:
 
Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŁŠ Ų³ŁŽŲ¹ŁŁŠŲÆŁ Ų±ŁŽŲ¶ŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŲŒ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų§Ł†Ł’Ų·ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽ Ł†ŁŽŁŁŽŲ±ŁŒ مِنْ Ų£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ فِي Ų³ŁŽŁŁ’Ų±ŁŽŲ©Ł Ų³ŁŽŲ§ŁŁŽŲ±ŁŁˆŁ‡ŁŽŲ§ŲŒ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ł†ŁŽŲ²ŁŽŁ„ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų­ŁŽŁŠŁ‘Ł مِنْ Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ§Ų”Ł Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ±ŁŽŲØŁŲŒ ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲ¶ŁŽŲ§ŁŁŁˆŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁŁŽŲ£ŁŽŲØŁŽŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŲ¶ŁŽŁŠŁ‘ŁŁŁŁˆŁ‡ŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŁ„ŁŲÆŁŲŗŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁ Ų°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ Ų§Ł„Ų­ŁŽŁŠŁ‘ŁŲŒ ŁŁŽŲ³ŁŽŲ¹ŁŽŁˆŁ’Ų§ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŲØŁŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł Ł„Ų§ŁŽ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŁŁŽŲ¹ŁŁ‡Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”ŁŒŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŁ…Ł’: Ł„ŁŽŁˆŁ’ Ų£ŁŽŲŖŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł‡ŁŽŲ¤ŁŁ„Ų§ŁŽŲ”Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŁ‡Ł’Ų·ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ł†ŁŽŲ²ŁŽŁ„ŁŁˆŲ§ŲŒ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŁƒŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”ŁŒŲŒ ŁŁŽŲ£ŁŽŲŖŁŽŁˆŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§: ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŁ‡Ł’Ų·Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł„ŁŲÆŁŲŗŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŲ¹ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŲØŁŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł Ł„Ų§ŁŽ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŁŁŽŲ¹ŁŁ‡ŁŲŒ ŁŁŽŁ‡ŁŽŁ„Ł’ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁ Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ مِنْ Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”ŁŲŸ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŁ…Ł’: Ł†ŁŽŲ¹ŁŽŁ…Ł’ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŁŠ Ł„ŁŽŲ£ŁŽŲ±Ł’Ł‚ŁŁŠŲŒ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ†Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲ¶ŁŽŁŁ’Ł†ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŁŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŲ¶ŁŽŁŠŁ‘ŁŁŁŁˆŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŲØŁŲ±ŁŽŲ§Ł‚Ł Ł„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŲŖŁŽŲ¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁˆŲ§ Ł„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¬ŁŲ¹Ł’Ł„Ł‹Ų§ŲŒ ŁŁŽŲµŁŽŲ§Ł„ŁŽŲ­ŁŁˆŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł‚ŁŽŲ·ŁŁŠŲ¹Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲŗŁŽŁ†ŁŽŁ…ŁŲŒ ŁŁŽŲ§Ł†Ł’Ų·ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽ ŁŠŁŽŲŖŁ’ŁŁŁ„Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ‚Ł’Ų±ŁŽŲ£Ł: Ų§Ł„Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁŁŽŁƒŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł†ŁŲ“ŁŲ·ŁŽ مِنْ Ų¹ŁŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŲŒ ŁŁŽŲ§Ł†Ł’Ų·ŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽ ŁŠŁŽŁ…Ł’Ų“ŁŁŠ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ بِهِ Ł‚ŁŽŁ„ŁŽŲØŁŽŲ©ŁŒŲŒ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: ŁŁŽŲ£ŁŽŁˆŁ’ŁŁŽŁˆŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ Ų¬ŁŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ ŲµŁŽŲ§Ł„ŁŽŲ­ŁŁˆŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŁ…Ł’: Ų§Ł‚Ł’Ų³ŁŁ…ŁŁˆŲ§ŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ų±ŁŽŁ‚ŁŽŁ‰: Ł„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŁŁ’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁˆŲ§ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ł†ŁŽŲ£Ł’ŲŖŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁŁŽŁ†ŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŒ ŁŁŽŁ†ŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁŁ…ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁŁŽŲ°ŁŽŁƒŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ā«ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŲÆŁ’Ų±ŁŁŠŁƒŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ Ų±ŁŁ‚Ł’ŁŠŁŽŲ©ŁŒĀ»ŲŒ Ų«ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ā«Ł‚ŁŽŲÆŁ’ Ų£ŁŽŲµŁŽŲØŁ’ŲŖŁŁ…Ł’ŲŒ Ų§Ł‚Ł’Ų³ŁŁ…ŁŁˆŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų¶Ł’Ų±ŁŲØŁŁˆŲ§ Ł„ŁŁŠ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ų³ŁŽŁ‡Ł’Ł…Ł‹Ų§Ā» ŁŁŽŲ¶ŁŽŲ­ŁŁƒŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ
"Dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu berkata; Ada rombongan beberapa orang dari sahabat Nabi ļ·ŗ yang bepergian dalam suatu perjalanan hingga ketika mereka sampai di salah satu perkampungan Arab penduduk setempat mereka meminta agar bersedia menerima mereka sebagai tamu penduduk tersebut namun penduduk menolak. Kemudian kepala suku kampung tersebut terkena sengatan binatang lalu diusahakan segala sesuatu untuk menyembuhkannya namun belum berhasil. Lalu diantara mereka ada yang berkata: "Coba kalian temui rombongan itu semoga ada di antara mereka yang memiliki sesuatu. Lalu mereka mendatangi rombongan dan berkata: "Wahai rombongan, sesunguhnya kepala suku kami telah digigit binatang dan kami telah mengusahakan pengobatannya namun belum berhasil, apakah ada diantara kalian yang dapat menyembuhkannya?" Maka berkata, seorang dari rombongan: "Ya, demi Allah aku akan mengobati namun demi Allah kemarin kami meminta untuk menjadi tamu kalian namun kalian tidak berkenan maka aku tidak akan menjadi orang yang mengobati kecuali bila kalian memberi upah. Akhirnya mereka sepakat dengan imbalan puluhan ekor kambing. Maka dia berangkat dan membaca Alhamdulillah rabbil 'alamiin (QS. al-Fatihah) seakan penyakit lepas dari ikatan tali padahal dia pergi tidak membawa obat apa pun. Dia berkata: "Maka mereka membayar upah yang telah mereka sepakati kepadanya. Seorang dari mereka berkata: "Bagilah kambing-kambing itu!" Maka orang yang mengobati berkata: "Jangan kalian bagikan hingga kita temui Nabi ļ·ŗ lalu kita ceritakan kejadian tersebut kepada Beliau ļ·ŗ dan kita tunggu apa yang akan Beliau perintahkan kepada kita". Akhirnya rombongan menghadap Rasulullah ļ·ŗ lalu mereka menceritakan peristiwa tersebut. Beliau berkata: "Kamu tahu dari mana kalau al fatihah itu bisa sebagai ruqyah (jampi)?" Kemudian Beliau melanjutkan: "Kalian telah melakukan perbuatan yang benar, maka bagilah upah kambing-kambing tersebut dan masukkanlah aku dalam sebagai orang yang menerima upah tersebut", lalu Rasulullah ļ·ŗ tertawa." (HR. Bukhari)
Simak pertanyaan Rasulullah kepada sahabat itu "Kamu tahu dari mana kalau al-Fatihah bisa sebagai ruqyah?". Ini menunjukkan bahwa Rasulullah belum pernah mengajari fungsi al-Fatihah sebagai ruqyah tetapi sahabat tadi berinisiatif sendiri atau dalam kata lain menentukan khasiat sendiri tanpa ada tuntunan wahyu atau hadits. Hal ini diperjelas dengan riwayat lain dari Imam Daraquthni sebagaimana dinukil oleh Imam Ibnu Hajar berikut:
 
ŁˆŁ„Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ§Ų±ŁŽŁ‚ŁŲ·Ł’Ł†ŁŁŠŁ‘Ł مِنْ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡Ł ŁŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ŲŖŁ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”ŁŒ Ų£ŁŁ„Ł’Ł‚ŁŁŠŁŽ فِي Ų±ŁŁˆŲ¹ŁŁŠ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ ŲøŁŽŲ§Ł‡ŁŲ±ŁŒ فِي Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŁƒŁŁ†Ł’ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŁ„Ł’Ł…ŁŒ Ł…ŁŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ‘ŁŁ…ŁŒ ŲØŁŁ…ŁŽŲ“Ł’Ų±ŁŁˆŲ¹ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŁ‚ŁŽŁ‰ ŲØŁŲ§Ł„Ł’ŁŁŽŲ§ŲŖŁŲ­ŁŽŲ©Ł
"Daraquthni dari sisi ini mempunyai riwayat 'Maka aku berkata: Wahai Rasul, itu adalah sesuatu yang disampaikan ke dalam hatiku'. Hal ini jelas sekali bahwa sahabat itu tidak punya pengetahuan sebelumnya tentang disyariatkannya ruqyah dengan Fatihah." (Ibnu Hajar al-Asqalani,Ā Fath al-BĆ¢ri, juz IV, halaman 457)
 
Penjelasan dari riwayat Imam Daraquthni ini menunjukkan bahwa sahabat itu mendapat semacam ilham dalam hatinya bahwa al-Fatihah bisa digunakan sebagai ruqyah. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa khasiat suatu ayat atau bacaan dzikir yang disepakati sebagai kebaikan bisa diketahui dengan jalan ilham. Rasul sama sekali tidak berkata "Kamu melakukan bid'ah" atau bertanya "Mana dalilnya bahwa al-Fatihah bisa sebagai ruqyah?", melainkan menyetujui itu dan bahkan meminta bagian dari upah ruqyah itu sebagai tanda dukungan beliau atas inisiatif cerdas sahabat tersebut.
 
Jadi soal penentuan khasiat tanpa tuntunan ayat atau hadits itu diperbolehkan berdasarkan hadits sahih di atas. Kita tak bisa berkata bahwa ini khusus Surat Fatihah saja dan khusus khasiat sebagai ruqyah saja sebab yang demikian berarti takhshĆ®sh bighairi mukhasshish, mengkhususkan cakupan suatu dalil tanpa adanya dalil hadits lain yang menyatakan kekhususan itu. Pengkhususan semacam ini sama saja dengan menambah-nambah syariat sendiri atau dengan kata lain perbuatan bid’ah.Ā Wallahu a'lam.
 
Abdul Wahab Ahmad, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja NU Center Jember.