Shalawat/Wirid

Makna Shalawatnya Allah kepada Hamba

Jum, 16 November 2018 | 05:30 WIB

Makna Shalawatnya Allah kepada Hamba

Ilustrasi (eliosh.info)

Salah satu keutamaan shalawat bagi orang yang membacanya adalah setiap satu shalawat yang dibaca akan dibalas dengan sepuluh shalawat oleh Allah subhânahû wa ta’âlâ. Ini berdasarkan hadits Rasulullah yang menyatakan:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ

Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. An-Nasai)

Dalam berbagai literatur bisa didapati penjelasan bahwa ketika Allah bershalawat kepada Baginda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam itu berarti Allah memberikan rahmat dan juga pujian bagi beliau dengan disertai pengagungan dan pemuliaan. Sedangkan shalawat yang dibacakan kepada nabi oleh para malaikat dan orang-orang mukmin bermakna permohonan doa kepada Allah agar rahmat dan pujian yang disertai pengagungan dan pemuliaan itu tetap terus dilimpahkan Allah kepada Baginda Rasulullah.

Dari penjelasan singkat di atas lahir satu pertanyaan, apa makna shalawatnya Allah kepada orang yang membaca shalawat kepada Rasulullah? Apakah dengan shalawat itu Allah juga mengagungkan dan memuliakan orang yang bershalawat sebagaimana Allah mengagungkan dan memuliakan Rasulullah?

Qadli ‘Iyadl sebagaimana dikutip oleh Sirojudin Al-Husaini di dalam kitab As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makna bershalawatnya Allah kepada orang yang bershalawat kepada Nabi adalah Allah merahmati dan melipatgandakan pahala orang tersebut. Shalawatnya Allah yang secara dhahir berupa ucapan juga diperdengarkan kepada para malaikat sebagai bentuk pengagungan dan pemuliaan kepada orang tersebut. Ini sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadits qudsi:

وان ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خير منه

Artinya: “Bila hamba-Ku mengingat-Ku pada sebuah perkumpulan maka Aku mengingatnya pada perkumpulan yang lebih baik dari perkumpulan itu.” (Abdullah Sirajudin Al-Husaini, As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, [Damaskus: Maktabah Darul Falah, 1990], hal. 100)

Baca juga:
Allah, Malaikat, dan Nabi Bershalawat kepada Pembaca Shalawat
Apa Makna Allah dan Malaikat Bershalawat kepada Nabi?
Jumlah Minimal dalam Memperbanyak Bacaan Shalawat

Lebih lanjut Al-Husaini menuturkan, besarnya pahala dan berlipatgandanya shalawat yang diberikan Allah kepada orang yang bershalawat kepada Nabi di dalamnya ada pemberitahuan Allah betapa Allah sangat memuliakan kekasih-Nya yakni Baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Dengan pahala yang besar itu pula Allah mewartakan keutamaan beliau dibanding para nabi dan rasul yang lain.

Ada sebuah kisah yang menunjukkan alasan di atas. Satu hari Abdurrahman bin Auf membuntuti Rasulullah yang sedang keluar rumah. Beliau memasuki sebuah kebun kurma dan tiba-tiba beliau bersujud lama sekali. Melihat lamanya sujud Rasulullah sampai-sampai Abdurrahman bin Auf yang sedari tadi mengikutinya merasa khawatir kalau-kalau Allah telah mewafatkan beliau. Namun ia merasa lega ketika kemudian Rasulullah bangkit dari sujudnya.

Ketika Abdurrahman bin Auf mengutarakan kekhawatirannya Rasulullah menjelaskan bahwa baru saja malaikat Jibril datang dan mewartakan bahwa Allah berfirman, “barangsiapa yang bershalawat kepadamu maka aku (Allah) bershalawat kepadanya, dan barangsiapa yang bersalam kepadamu maka aku (Allah) bersalam kepadanya.”

Mendengar berita dari malaikat Jibril ini Rasulullah kemudian bersujud dalam waktu yang lama sebagai rasa syukur atas pemuliaan Allah terhadap dirinya dengan cara memberikan pahala yang banyak terhadap orang yang bershalawat kepadanya.

Sebuah ilustrasi kecil tentang hal ini. Bila ada seorang tetangga yang begitu menghormati dan mengasihi anak Anda yang sangat Anda sayangi, apa yang akan Anda lakukan kepada tetangga tersebut? Tentunya Anda akan sangat berterima kasih dan memberikan rasa hormat yang besar terhadap tetangga tersebut.

Kiranya demikian pula dengan Allah subhânahû wa ta’âlâ. Ketika kekasih-Nya dimuliakan dengan shalawat, Ia balas pembacanya dengan shalawat yang lebih banyak dan lebih agung demi memuliakan sang kekasih dan orang yang mengagungkannya. Wallâhu a’lam

(Yazid Muttaqin)