Shalawat/Wirid

Lafal Shalawat Ibrahimiyah dan Keutamaannya

Rab, 24 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Lafal Shalawat Ibrahimiyah dan Keutamaannya

Setiap Muslim pasti mengenal dan bahkan hafal shalawat Ibrahimiyah. Karena shalawat ini selalu dibaca pada saat duduk tasyahud di dalam shalat.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وعلى آلِ إبْراهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما بَاركْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آل إبراهيم في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
 
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
 
Di atas adalah bacaan sebuah shalawat yang dikenal dengan sebutan Shalawat Ibrahimiyah. Setiap Muslim pasti mengenal dan bahkan hafal shalawat tersebut. Karena shalawat ini selalu dibaca pada saat duduk tasyahud di dalam shalat.
 
Menurut Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani shalawat Ibrahimiyah adalah shalawat yang paling sempurna shighatnya dibanding shalawat-shalawat yang lain, baik yang ma’tsûrah (diriwayatkan dari Nabi) maupun yang tidak ma’tsûrah. Karena kesempurnaannya ini maka para ulama menentukannya sebagai shalawat yang dibaca ketika seorang Muslim melakukan shalat, di samping karena adanya kesepakatan perihal kesahihan haditsnya. (Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Afdlalus Shalawât ‘alâ Sayyidis Sâdât, [Jakarta: Darul Kutub Islamiyah], 2004, hal. 57)
 
Ada banyak perawi hadits yang meriwayatkan shalawat Ibrahimiyah. Mereka di antaranya Imam Malik di dalam kitab Muwaththa’, Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kedua kitab shahihnya, serta para imam lainnya seperti Abu Dawud, Nasai, dan Turmudzi. Imam Al-Iraqi dan Imam As-Sakhawi menuturkan bahwa haditsnya muttafaq ‘alaih.
 
Banyaknya periwayatan hadits tentang shalawat Ibrahimiyah ini juga menjadikan pula banyaknya redaksi shalawat ini yang berbeda-beda. Yang ditulis di atas—sebagaimana dituturkan An-Nabhani—adalah salah satu redaksi shalawat Ibrahimiyah yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi.
 
Imam Ahmad As-Shawi menyebutkan sebuah hadits riwayat Imam Bukhari di mana Rasulullah bersabda:
 
من قال هذه الصلاة شهدت له يوم القيامة بالشهادة وشفعت له
 
Artinya: “Barangsiapa yang membaca shalawat ini maka aku bersaksi baginya di hari kiamat dengan kesaksian dan aku memberi syafaat baginya.”
 
Sementara itu sebagian ulama mengatakan bahwa membaca shalawat Ibrahimiyah sebanyak seribu kali dapat menjadikan pembacanya melihat Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
 
Ada satu pertanyaan menarik perihal shalawat Ibrahimiyah ini. Bila di dalam haditsnya shalawat Ibrahimiyah tanpa menggunakan kata sayyidinâ (tuanku, baginda), mengapa dalam pengamalannya para guru mengajarkan untuk menggunakan kata tersebut?
 
Menjawab pertanyaan ini Imam Syamsudin Ar-Ramli di dalam kitab Nihâyatul Muhtâj Syarh Al-Minhâj mengatakan bahwa yang utama adalah membacanya dengan menggunakan kata sayyidinâ. Karena di dalam penggunaan kata ini ada pemenuhan terhadap perintah (di mana haditsnya tidak menggunakan kata tersebut, pen.) sekaligus juga tata krama terhadap pangkat beliau yang semestinya. Maka menggunakan kata sayyidinâ ketika membaca shalawat Ibrahimiyah lebih utama dari pada tidak menggunakannya. (Syamsudin Ar-Ramli, Nihâyatul Muhtâj ilâ Syarhil Minhâj, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2009], Jil. I, hal. 334)
 
Sementara Imam Ahmad bin Hajar menuturkan bahwa penambahan kata sayyidinâ sebelum kata Muhammad tidaklah mengapa. Bahkan ini merupakan tata krama terhadap hak Rasulullah meskipun diucapkan di dalam shalat fardlu.
 
Wallâhu a’lam. (Yazid Muttaqin)