Shalawat/Wirid

Ini Keutamaan Shalawat Nabi lewat Sebuah Tulisan atau Lukisan Kaligrafi

Sab, 29 September 2018 | 21:15 WIB

Ini Keutamaan Shalawat Nabi lewat Sebuah Tulisan atau Lukisan Kaligrafi

(Foto: picssr.com)

Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW dapat dilakukan dengan pelbagai media. Sebagian orang melisankannya melalui pengeras suara sebelum atau setelah azan. Sebagian orang melisankannya di tengah aktivitas harian atau menemani anak usia balita tanpa pengeras suara.

Ada juga santri yang menulis lafal shalawat dan salam pada kulit kitab, dinding, sehelai kertas, atau buku tulis. Sebagian santri dan murid madrasah menggoreskan shalawat dan salam di atas kanvas dengan pesta warna dan dekorasi yang meriah saat belajar kaligrafi.

Salah satu mediumnya selain kertas dan cat air atau pulpen tinta adalah kanvas dengan cat minyak. Di sana mereka menulis ayat Al-Qur’an dan lafal shalawat serta mewarnai latarnya dengan dekor sesuai kehendak mereka.

Syekh M Nawawi Banten mengutip sebuah hadits ketika menjelaskan keutamaan shalawat nabi melalui medium tulisan. Dalam hadits itu dikatakan bahwa malaikat mendoakan orang yang menulis shalawat selama tulisan itu masih tampak sebagai tulisan.

وبقوله صلى الله عليه وسلم من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة تصلى عليه ما دام اسمي في ذلك الكتاب

Artinya, “… karena sabda Rasulullah SAW, ‘Siapa yang bershalawat kepadaku pada sebuah buku, maka malaikat senantiasa berdoa untuknya selama namaku masih tercatat di buku tersebut,’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 4).

Syekh M Nawawi Banten juga mengutip pandangan Syekh Abdul Mu’thi As-Samlawi dalam memahami hadits ini.

قال عبد المعطى السملاوي في منعى هذا الحديث أي من كتب الصلاة وصلى أو قرأ الصلاة المرسومة في تأليف حافل أو رسالة لم تزل الملائكة تدعو له بالبركة أو تستغفر له

Artinya, “Syekh Abdul Mu’thi As-Samlawi mengatakan perihal makna hadits tersebut, yaitu ‘Siapa saja yang mencatat shalawat, bershalawat, atau membaca shalawat yang tercatat pada karya yang tersusun atau pada sebuah surat, niscaya malaikat senantiasa mendoakan keberkahan dan memohonkan ampunan kepada Allah baginya,’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 4).

Dengan keterangan ini, kita dapat menarik simpulan bahwa cara shalawat dan salam tidak melulu dilisankan. Shalawat dan salam dapat dituangkan dalam pelbagai medium, yaitu dituliskan atau dilisankan melalui sebuah tulisan seperti orang membaca Barzanji dan qashidah lainnya, atau dilisankan begitu saja tanpa teks.

Dengan maksud memuliakan Rasulullah SAW, kita dapat menuangkan shalawat dan salam nabi dalam pelbagai bentuk pengungkapan, lisan dan tulisan, termasuk goresan kaligrafi di atas kanvas. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)