Syariah

Macam-macam Doa Iftitah dan Syarat Kesunnahannya

NU Online  Ā·  Kamis, 28 Desember 2017 | 06:30 WIB

Macam-macam Doa Iftitah dan Syarat Kesunnahannya

Ilustrasi (Ā© Reuters)

Shalat adalah rutinitas dalam keseharian. Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa menegakan shalat, maka ia menegakan agama. Dan barangsiapa meninggalkan shalat, maka hakikatnya ia merobohkan agama.

Dalam pelaksanaan shalat diharapkan seseorang melaksanakannya dengan sesempurna mungkin. Tidak hanya mengerjakan kewajiban-kewajiban saja akan tetapi juga mengerjakan sunnah-sunnahnya. Di antara kesunnahan-kesunnahan shalat adalah doa iftitah.

Doa iftitah sunnah dilaksanakan setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta’awudz di dalam setiap shalat selain shalat jenazah. Sedangkan untuk shalat jenazah tidak disunnahkan karena shalat jenazah memang dianjurkan singkat. Syekh an-Nawawi Banten berkata:

ŁˆŲ³Ł†Ł‘ ŲØŲ¹ŲÆ تحرم ŁˆŁ‚ŲØŁ„ ŲŖŲ¹ŁˆŁ‘Ų° افتتاح ŁˆŲ°Ł„Łƒ في غير صلاة Ų§Ł„Ų¬Ł†Ų§Ų²Ų©ŲŒ أما ŁŁŠŁ‡Ų§ فلا ŁŠŲ³Ł†Ł‘ لبنائها على Ų§Ł„ŲŖŲ®ŁŁŠŁ

ā€œSetelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta’awudz disunnahkan membaca doa iftitah di selain shalat jenazah. Sedangkan di dalam shalat jenazah tidak disunnahkan membaca doa iftitah karena shalat jenazah dianjurkan untuk singkat dalam pelaksanaannya.ā€ (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, NihĆ¢yatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Bentuk-Bentuk Doa Iftitah

Doa iftitah memiliki banyak shighat (bentuk) berdasarkan riwayat-riwayat hadits. Selanjutnya, kitab Nihâyatuz Zain menyebutkan sebagian dari bentuk-bentuk doa iftitah itu:

Pertama,Ā 
Ā ŁˆŁŽŲ¬Ł‘ŁŽŁ‡Ł’ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŁŠŁŽ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ ŁŁŽŲ·ŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶ŁŽ Ų­ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ŁŲ§Ł‹ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ų§Ł‹ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„ŁŽŲ§ŲŖŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ†ŁŲ³ŁŁƒŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŁŠŁ’ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲØŁŲ°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ Ų£ŁŁ…ŁŲ±Ł’ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ

Kedua,Ā 
Ā Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŲ§Ł‹ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ų§Ł‹ Ų·ŁŽŁŠŁ‘ŁŲØŲ§Ł‹ Ł…ŁŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŲ§Ł‹ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł

Ketiga,Ā 
Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł ŁƒŁŽŲØŁŁŠŁ’Ų±Ų§Ł‹ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ų§Ł‹ ŁˆŁŽŲ³ŁŲØŁ’Ų­ŁŽŲ§Ł†ŁŽ اللهِ ŲØŁŁƒŁ’Ų±ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁŁŠŁ’Ł„Ł‹Ų§

Keempat,
Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲØŁŽŲ§Ų¹ŁŲÆŁ’ ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų®ŁŽŲ·ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲÆŁ’ŲŖŁŽ ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ“Ł’Ų±ŁŁ‚Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲŗŁ’Ų±ŁŲØŁŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ł†ŁŽŁ‚Ł‘ŁŁ†ŁŁŠŁ’ مِنْ Ų®ŁŽŲ·ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŁ†ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŁˆŁ’ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲØŁ’ŁŠŁŽŲ¶Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ³ŁŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲŗŁŽŲ³Ł‘ŁŁ„Ł’Ł†ŁŁŠŁ’ مِنْ Ų®ŁŽŲ·ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŁ„Ł’Ų¬Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲ±ŁŽŲÆŁ.

Kelima,Ā 
Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŁƒŁ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽŲŒ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁƒŁŽ ŲøŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ŲŖŁ Ł†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’ŲŖŁŽŲ±ŁŽŁŁ’ŲŖŁ ŲØŁŲ°ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁ’ ŁŁŽŲ§ŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł’ Ł„ŁŁŠŁ’ Ų°ŁŁ†ŁŁˆŁ’ŲØŁŁŠŁ’ Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ų§Ł‹ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ų§Ł„Ų°Ł‘ŁŁ†ŁŁˆŁ’ŲØŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł‡Ł’ŲÆŁŁ†ŁŁŠŁ’ Ł„ŁŲ£ŁŽŲ­Ł’Ų³ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ®Ł’Ł„ŁŽŲ§Ł‚ŁŲŒ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ‡Ł’ŲÆŁŁŠŁ’ Ł„ŁŲ£ŁŽŲ­Ł’Ų³ŁŽŁ†ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ§ŲµŁ’Ų±ŁŁŁ’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ¦ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲµŁ’Ų±ŁŁŁ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ¦ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽŲŒ Ł„ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŁ‡Ł ŁŁŁŠŁ’ ŁŠŁŽŲÆŁ‘ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±Ł‘Ł Ł„ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ų£ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŲØŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽŲŒ ŲŖŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁ’ŲŖŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽŲŒ Ų£ŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲŖŁŁˆŁ’ŲØŁ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ.

Sudah dianggap cukup (sudah mendapatkan kesunnahan) dengan membaca salah satu dari doa-doa iftitah di atas, akan tetapi yang lebih utama adalah membaca semua sekaligus bagi orang yang shalat sendiri atau menjadi imamnya para jamaah yang rela shalatnya lama. Syekh Nawawi banten mengatakan:

ŁˆŲØŲ£ŁŠŁ‡Ų§ افتتح حصلت السنة. ŁˆŁŠŲ³Ł†Ł‘ الجمع ŲØŁŠŁ†Ł‡Ų§ لمنفرد ŁˆŲ„Ł…Ų§Ł… Ł‚ŁˆŁ… Ł…Ų­ŲµŁˆŲ±ŁŠŁ† Ų±Ų§Ų¶ŁŠŁ† ŲØŲ§Ł„ŲŖŲ·ŁˆŁŠŁ„

ā€œSudah mendapatkan kesunnahan dengan membaca salah satu doa (dari doa-doa iftitah di atas). Dan disunnahkan untuk membaca semua bagi orang yang shalat sendirian dan yang menjadi imamnya kaum yang terhitung jumlahnya rela shalatnya lama.ā€ (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, NihĆ¢yatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Syarat-Syarat Sunnahnya Membaca Doa Iftitah

Kesunnahan membaca doa iftitah memiliki empat syarat. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka kesunnahan membaca doa iftitah menjadi gugur atau hilang.

1. Shalat yang dikerjakan selain shalat jenazah, walaupun shalat jenazahnya di atas kuburan atau shalat ghoib (mayatnya berada di daerah yang jauh dari daerahnya orang yang menshalati)

2. Waktunya cukup untuk mengerjakan shalat (beserta membaca doa iftitah). Jika waktunya sempit atau mepet, maka tidak boleh membaca doa iftitah bahkan harus melaksanakan yang wajib-wajib saja.

3. Saat menjadi makmum tidak khawatir ketinggalan sebagian surat al-Fatihah seandainya ia membaca doa iftitah.

4. Saat menjadi makmum, ia tidak menjumpai imam di selain posisi berdiri. Jika ia menjadi makmum masbuq dan menjumpai imam di selain posisi berdiri semisal ruku’, sujud dsb, maka tidak disunnahkan membaca doa iftitah, akan tetapi ia langsung menyusul ke posisi imam. (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, NihĆ¢yatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Di samping itu, yang perlu diperhatikan adalah, hendaknya seseorang setelah takbiratul ihram langsung membaca doa iftitah. Sebab, jika sebelum membaca doa iftitah, ia membaca bacaan-bacaan yang lain semisal ta’awudz, basmalah atau yang lainnya, baik sengaja ataupun lupa, maka kesunnahan membaca doa iftitah menjadi hilang sia-sia. Syekh an-Nawawi berkata,

ويفوت ŲÆŲ¹Ų§Ų” الافتتاح ŲØŲ§Ł„Ų“Ų±ŁˆŲ¹ ŁŁŠŁ…Ų§ بعده عمداً أو Ų³Ł‡ŁˆŲ§Ł‹

ā€œKesunnahan doa iftitah menjadi hilang sebab membaca perkara-perkara setelahnya (seperti ta’awudz dan basmalah).ā€ (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Semoga shalat kita dijadikan oleh Allah Swt sebagai shalat yang sempurna amin ya rabbal alamin.

Wallahu a’lam.

(M Sibromulisi)

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua