Syariah

Hukum Ketiduran Ketika Shalat

Kam, 28 April 2016 | 18:03 WIB

Saat mengerjakan shalat, selalu saja ada godaan dan rintangan. Pikiran melayang entah ke mana, telinga mendengar suara bising, dan mata dihantui rasa kantuk. Rasa kantuk memang sulit dihindari. Ia bisa datang kapan saja.

Kalau sudah berat, rasa kantuk akan membuat mata orang tertidur lelap. Tak peduli apakah ia sedang bekerja, santai, makan, bahkan sembahyang sekalipun.

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum tidur ketika shalat. Tidur yang dimaksud di sini tentu bukan disengaja, tapi karena saking kantuknya. Terkait hukumnya, ini jawaban Al-Mawardi di dalam Al-Hawi Al-Kabir:

وأما القسم الذي اختلف قوله في وجوب الوضوء منه من أقسام النوم فهو النوم في الصلاة  فإن نام في موضع الجلوس كانت صلاته جائزة ووضوءه جائز. وإن نام في غير الجلوس إما في قيامه أو في ركوعه أو سجوده ففي بطلان وضوئه وصلاته قولان: أحدهما: وهو قوله في القديم إن وضوءه صحيح وبه قال ثمانية من التابعين..والقول الثاني: قاله في الجديد أن وضوءه قد انتقض وصلاته قد بطلت

Artinya, “Di antara persoalan yang diperdebatkan ulama adalah kewajiban wudhu’ bagi orang tidur ketika sembahyang. Apabila tidurnya saat duduk, shalat dan wudhu’nya tetap dihukumi keabsahannya. Namun bila tidurnya tidak dalam posisi duduk, semisal berdiri, ruku’, dan sujud, terdapat dua pendapat: pertama, wudhu’ dan shalatnya tetap sah menurut qaul qadim dan didukung oleh pendapat delapan orang thabi’in. Sementara menurut qaul jadid, wudhu’ dan shalatnya batal.”

Ulama beda pendapat mengenai hukum tidur ketika shalat: apakah shalat dan wudhu’nya tetap dihukumi sah atau tidak. Menurut kebanyakan ulama, orang yang ketiduran masih dianggap sah shalatnya jika dalam posisi duduk.

Namun selain posisi duduk, seperti berdiri, ruku’, dan sujud, terdapat dua pendapat: qaul qadim menghukumi tetap sah dan qaul jadid menghukumi batal. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua