Ramadhan

Lapar Bukan Alasan Bermalas-malasan: Belajar dari Syekh Abu al-Wafa

Sel, 7 Mei 2019 | 07:00 WIB

Mengatur waktu sehari-hari memang sulit. Terbukti sebagian dari kita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kontraproduktif. Gawatnya kita terus terjebak dalam bayang-bayang pembelaan diri, untuk kepentingan diri kita sendiri. Salah satunya adalah “Saya sedang lemas.”

Di bulan Ramadhan ini, rasa malas sudah tentu ada. Rasa kantuk dan lemah tiba-tiba saja merambat ke sekujur tubuh dengan alasan lapar. Walhasil sebagian dari kita pun lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur di bulan Ramadhan.

Ada nasihat dari Imam al-Hârits al-Muhâsibi mengenai anjuran untuk menjadikan waktu kita produktif:

وَحصل الْأَوْقَات واعرف مَا يذهب بِهِ ليلك ونهارك

“Produktifkanlah waktu-waktu, dan ketahuilah apa saja yang hilang dari waktumu, siang dan malamnya.” (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 144)

Nasihat di atas adalah anjuran bagi kita untuk memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin, juga anjuran untuk mencatat apa saja yang telah kita kerjakan setiap harinya. Perlu diketahui juga, waktu adalah salah satu nikmat yang sering kita lupakan dan sia-siakan. Sebagaimana Nabi Saw bersabda:

نِعْمَتَان مَغْبُونٌ فيهما كَثِيرٌ من النَّاس الصّحّة والفراغ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, kesehatan dan waktu luang.” (HR al-Bukhâri)

Untuk menginspirasi, mungkin kita perlu belajar kepada Syekh Abu al-Wafa bin ‘Uqail al-Hanbali. Beliau adalah salah satu ulama Islam yang sangat produktif, dilahirkan pada tahun 431 H dan wafat pada tahun 513 H. Salah satu perkataan beliau yang sangat mengisnpirasi di antaranya:

إنّي لا أحلّ لي أن أضيع ساعة من عمري حتّى إذا تعطّل لساني عن مذاكرة ومناظرة وبصري عن مطالعة أعملت فكري في حال راحتي وأنا منطرح، فلا أنهض إلا وقد خطر لي ما أسطره، وإني لأجد من حرصي على العلم وأنا في عشر الثمانين أشدّ مما كنت في أجده وأنا ابن عشرين سنة

“Sesungguhnya aku mengharamkan diriku untuk menyia-nyiakan satu waktu dari umurku, hingga apabila lisanku tidak difungsikan untuk diskusi, dan pandanganku untuk menelaah, aku pun menggunakan akalku ketika istirahat sedangkan aku sedang berbaring, maka tidaklah aku bangkit melainkan sesuatu yang telah aku rencanakan akan muncul dalam pikiran. Dan sesungguhnya aku mendapati diriku lebih rakus terhadap ilmu ketika usiaku 80 tahun dibanding ketika 20 tahun.” (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 144)

Melihat cara Syekh Abu al-Wafa memanfaatkan waktunya, kita dapat melihat beliau hampir tidak sama sekali menyia-nyiakan waktunya. Ada saja hal produktif yang dikerjakannya. Tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, apalagi puasa. Syekh Abu al-Wafa pernah menuturkan:

وأنا أقصر بغاية جهدي أوقات أكلي حتّى أختار سفّ الكعك وتحسّيه بالماء على الحبز

Aku sangat berusaha mempersempit waktu makanku, hingga aku memilih kue dan membasahinya dengan air dan roti. . (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 144).

Jika diperhatikan, jenis makanan yang dipilih Syekh Abu al-Wafa tidaklah mewah, bahkan sepertinya tidak mengenyangkan, namun hal tersebut beliau pilih supaya tidak menyurutkan semangat belajar dan juga untuk membuat waktu-waktunya menjadi produktif, tidak dihabiskan dengan makan saja.

Al-Hafiz Ibnu Rajab mengatakan, Syekh Abu al-Wafa bin ‘Uqail al-Hanbali memiliki karangan yang banyak dalam berbagai fan ilmu. Kira-kira ada 20 kitab yang ditulis oleh beliau. Di antaranya adalah kitab al-Funûn, sebuah kitab yang sangat tebal dan memiliki banyak faedah dan manfaat. Isinya berupa nasihat, tafsir, fiqih, ushul fikih, tauhid, nahwu, gramatikal bahasa, syair, sejarah, kisah-kisah dan masih banyak lagi. Bahkan al-Hafiz adz-Dzahabi merespon kitab ini, “Belum pernah dikarang di dunia ini kitab setebal kitab al-Funûn.” (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 145).

Dari pemaparan di atas, ayolah kawan jangan kita sia-siakan waktu kita. Terkhusus di bulan Ramadhan ini. Banyak sekali amalan yang dilipatgandakan pahalanya. Mari baca Al-Qur'annya, mari kaji kitab turatsnya, mari berbagi kepada sesama di bulan yang suci ini. Semoga Ramadhan kita tahun ini lebih bermanfaat dari tahun sebelumnya. Amiin.

(Amien Nurhakim)