Syariah

Tata Cara Puasa Dam: Niat dan Ketentuannya

Jum, 30 Juli 2021 | 22:45 WIB

Tata Cara Puasa Dam: Niat dan Ketentuannya

Puasa dam merupakan opsi kedua bagi jamaah yang melanggar ketentuan haji.

Puasa dam adalah sanksi puasa atas pelanggaran terhadap ketentuan haji. Puasa dam dilakukan oleh jamaah haji yang melanggar ketentuan ibadah haji. Ketentuan puasa dam disebutkan dalam Al-Qur’an.


Puasa dam dapat ditemukan pada potongan Surat Al-Baqarah ayat 196:


فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ


Artinya, “Apabila kalian telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji/tamattu), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kalian telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna,” (Surat Al-Baqarah ayat 196).


Demikian ketentuan dan tata cara puasa dam:


1. Niat puasa pada malam hari.


Niat puasa disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan. Berikut ini adalah lafal niat puasa dam haji tamattu.


نَوَيْتُ صَوْمَ التَّمَتُّعِ لِلهِ تَعَالَى


Nawaytu shaumat tamattu’i lillāhi ta‘ālā


Artinya, “Aku bermaksud puasa tamattu esok hari karena Allah ta’ala.”


Berikut ini adalah lafal niat puasa dam haji qiran.


نَوَيْتُ صَوْمَ الْقِرَانِ لِلهِ تَعَالَى


Nawaytu shaumal qirāni lillāhi ta‘ālā


Artinya, “Aku bermaksud puasa qiran esok hari karena Allah ta’ala.”


2. Melaksanakan puasa dam sesuai ketentuan puasa Ramadhan terkait hal yang boleh dan hal yang membatalkan puasa.


3. Melaksanakan puasa sebanyak 10 hari yang dibagi dua, tiga di Tanah Suci dan tujuh hari sisanya di Tanah Air.


4. Tiga hari puasa dam di Tanah Suci dilaksanakan pada tanggal 6, 7, dan 8 Dzulhijjah.


5. Puasa dam tidak boleh dilakukan pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) dan hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).


6. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji dianjurkan tidak berpuasa. (An-Nawawi, Al-Idhah: 230).


7. Jika tiga hari puasa dam tidak dilaksanakan di Tanah Suci, maka jamaah haji tersebut wajib melaksanakan puasa 10 hari di Tanah Airnya.


Puasa dam harus dinyatakan dalam niatnya pada malam hari karena puasa dam merupakan puasa wajib. Karena puasa wajib, syarat dan ketentuan puasa wajib juga berlaku padanya. 


ويجب في هذا الصوم تعيينه من كونه تمتعا أو قرانا أو غيرهما وتبييت النية فيه لأنه واجب


Artinya, “Pada puasa dam ini, jamaah haji wajib menyatakan puasanya, apakah ia tamattu, qiran, atau lainnya. Jamaah haji juga wajib memasang niat pada malam harinya karena itu merupakan puasa wajib,” (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, [Bandung, Syirkah Al-Ma’arif: tanpa tahun], halaman 217).


Puasa dam merupakan opsi kedua bagi jamaah yang melanggar ketentuan haji. Puasa dam 10 hari wajib ditempuh oleh jamaah haji bila ia tidak sanggup menyembelih seekor kambing (minimal) sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 196.


Adapun ketentuan haji yang seharusnya dilakukan terdiri atas ihram dari miqat; mabit di Mudzdalifah pada malam Nahar; mabit di Mina pada malam Tasyrik; bertolak dari Arafah sebelum maghrib; melontar tiga jumrah (kubro, wustha, lalu aqabah) dengan tujuh batu pada masing-masing jumrah; dan tawaf wada. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)