Warta test

Pekan Muharram Duta Masyarakat

Sen, 17 Maret 2003 | 07:13 WIB

Surabaya NU-Online. Tidak terasa Harian Duta Masyarakat  Koran resmi NU, telah genap berusia dua tahun, untuk memeriahkan hari ulang  tahun tersebut Redaksi Duta Masyarakat menyelenggarakan Pekan Muharram selama sepekan penuh mulai tanggal 4 hingga 9 Maret 2002. Acara yang diselenggarakan sangat beragam sejak dari  lomba lukis anak-anak, pameran lukisan, orasi kebudayaan dan seminar  nasional, dan terakhir ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, yang diiringi dengan pelawak kondang seperti Kirun dan sebagainya.

Keseluruhan rangkaian acara tersebut diselenggarakan di Masjid Agung atau Masjid Al-Akbar masjid kebanggaan masyarakat Surabaya. Hampir keseluruhan acara mendapatkan sambutan luas, orasi kebudayaan yang diiringi pembacaan puisi seolah menyegarkan Surabaya yang panas, sehingga dihadiri ribuan massa peminat seni sastra. Sastrawan yang  diundang antara lain Gunawan Muhammad, Sutardji Calzoum Bachri, Zawawi D Imron, KH. Musthofa Bisri dan sebagainya. Acara ini diharapkan untuk menggairahkan pertumbuhan kesenian daerah.
Sementara itu untuk mempertajam wawasan intelektual masyarakat, diselenggarakan seminar sehari yang membahas tema aktual mengenai hubungan keislaman dengan keindonesiaan, baik di level doktrin maupun level sosiologis dan politis.

<>

Tema itu tentu saja mengundang perhatian, apalagi para pembicara yang diundang dari berbagai spektrum yang berbeda, dari kelompok pluralis dan kelompok yang puritan, dan ini semakin panas ketika bersentuhan dengan munculnya aspirasi negara Islam, perdebatan antara yang menerima dan yang menolak terjadi dengan seru. Pembicara antara lain KH Cholil Bisri, Dr. Muh AS Hikam, Dr. Alwi Shihab, KH Ahmad Subadar, Dr. Mahfud MD dan Dr. A. Syafiq Mughni.

Seminar tersebut mendapatkan perhatian luas, sebab di sela acara tersebut juga diselenggarakan pameran lukisan dari berbagai pelukis terkenal, seperti Amang Rahman, Danarto, termasuk juga lukisan KH. Mustafa Bisri yang membikin heboh yaitu Berdzikir Bersama Inul, Lukisan itu banyak peminatnya sekaligus banyak pembencinya. Lukisan yang sejak awal menjadi perhatian pengunjung tersebut sejak pemeran dibuka telah ditawar hingga 75 -85 juta oleh seorang dosen dari Semarang, tetapi pemajangan lukisan tersebut juga menuai protes dari kalangan Islam garis keras, yang dianggap menodai kesucian Masjid tersebut, sehingga diancam akan dibakar.

Demikian juga pagelaran wayang kulit juga banyak menuai protes, sebab kesenian ciptaan para wali tersebut dianggap membawa kemusyrikan, dengan penjagaan Banser yang kuat akhirnya acara berjalan dengan mulus.Tetapi tidak disangka-sangka menjelang usai acara, lukisan KH Mustafa Bisri  tersebut raib dari tempatnya, sehingga membuat panitia kelabakan, mereka tidak tahu diambil para pecintanya atau pembencinya, yang jelas panitia harus bertanggung jawab atas hilangnya lukisan mahal tersebut.

“Ulang tahun Harian Duta Masyarakat ini sengaja dimeriahkan sebab saat ini sudah cukup mapan dalam arti telah lolos dari masa kritis,” kata Abdullah Zaim, wakil pemimpin redaksi Duta Masyarakat, “ sehingga pada tahun pertama telah mencapai BEP, padahal berangkat dari modal nol, tetapi karena tekad kawan-kawan begitu kuat, akhirnya harapan bisa diwujudkan. Bahkan menurut Choirul Anam Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat, sebagian pelanggan harian ini bukan hanya orang NU banyak pelanggan di luar NU, baik dari kalangan bisnis, professional dan politisi. Website yang dikelola harian ini juga diakses banyak kalangan sebagai rujukan, karena itu pengelolaan bidang ini juga menghasilkan banyak keuntungan, sebab bagi pengakses dikenakan fee.

Tampaknya para pengelola Duta Masyarakat  tidak hanya berhasil menampilkan diri sebagai harian yang bisa eksis dengan kokoh dan menjadi bacaan masyarakat luas, tetapi panitia juga sukses dalam menyelenggarakan ulang tahunnya yang kedua itu. Selamat berulang Tahun, semoga panjang umur dan makin maju. (M-2)