Fragmen

KH Wahid Hasyim, yang Muda yang Merumuskan Dasar Negara

Rab, 21 Agustus 2019 | 12:30 WIB

KH Wahid Hasyim, yang Muda yang Merumuskan Dasar Negara

KH Wahid Hasyim, salah seorang perumus dasar negara Indonesia

Pada tahun 1945, KH Abdul Wahid  Hasyim baru berusia 31 tahun. Namun, ia telah menjadi tokoh nasional. Bahkan, 8 tahun sebelumnya, pada usia 25 tahun, ia memimpin federasi ormas-ormas Islam Indonesia melalui Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).

Pada saat-saat sebelum kemerdekaan, sekitar bulan Mei 1945, ia menjadi salah seorang perumus dasar negara dan kemerdekaan Indonesia atau menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi ChĹŤsa-kai. Ada dua tokoh NU lain yang menjadi anggota badan tersebut, yaitu KH Masykur dari Malang dan KH Abdul Fatah Yasin dari Bojonegoro.

Menurut Ensiklopedia NU, BPUPKI dibentuk pemerintah angkatan darat Jepang XVI di Jakarta pada 29 April 1945 pada masa perang dunia II. Dari sisi latar belakang puluhan anggotanya, BPUPKI berasal dari lintas kalangan, ragam etnis seperti Arab dan Tionghoa, berbagai macam daerah dan agama.   

Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang menjadi anggota BPUPKI: Abdul Kaffar, K.H. Ahmad Sanusi, Abdoel Kahar Moezakir, Abdurrahman Baswedan, Agus Musin Dasaad, BKPH Suryohamijoyo, BPH Bintoro, BPH Purubojo, Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat, Dr. Raden Boentaran Martoatmodjo, Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumah Atmaja, Dr. Samsi Sastrawidagda, Dr. Soekiman Wirjosandjojo, Drs. KRMH Sosrodiningrat, Drs. Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, Ichibangase Yosio, Ir. Pangeran Muhammad Noor, Ir. R. Ashar Sutejo Munandar, Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo, Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Soekarno, K.H. Abdul Halim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Ki Hadjar Dewantara, Kiai Haji Abdul Fatah Hasan, Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim, Kiai Haji Mas Mansoer, Kiai Haji Masjkur, Liem Koen Hian, Mas Aris, Mas Sutardjo Kertohadikusumo, Mr. Alexander Andries Maramis, Mr. Johannes Latuharhary, Mr. KRMT Wongsonegoro, Mr. Mas Besar Mertokusumo, Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H., Mr. RA Maria Ulfah Santoso, Mr. Raden Achmad Soebardjo, Djojoadisoerjo, Mr. Raden Hindromartono, Mr. Raden Mas Sartono, Mr. Raden Panji Singgih, Mr.Rd. Syamsuddin, Mr. Raden Sastromulyono, Mr. Raden Soewandi, Oey Tiang Tjoei, Oei Tjong Hauw, P.F. Dahler, Parada Harahap, Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat, Prof. Dr. Raden Djenal Asikin, Widjaja Koesoema, Prof. Mr. Dr. Soepomo, R. Abdulrahim Pratalykrama, RAA Poerbonegoro, Soemitro Kolopaking, RAA Wiranatakoesoema V, Raden Abdul Kadir, Raden Abikusno Tjokrosoejoso, Raden Asikin Natanegara, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, Raden Oto Iskandar di Nata, Raden Pandji Soeroso, Raden Ruslan Wongsokusumo, Raden Sudirman, Raden Sukarjo Wiryopranoto, RMTA Soerjo, RMTA Wuryaningrat, RN Siti Sukaptinah, Sunaryo Mangunpuspito, Tan Eng Hoa. 

Dari sisi umur, para anggota BPUPKI tersebut, KH Wahid Hasyim memang masih muda. Hanya ada beberapa anggota lebih muda dari dia yang selisihnya setahun. 

Pada edisi khusus KH Wahid Hasyim, majalah Tempo, mengungkap banyak sisi dan peran putra Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, di antaranya di BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI, yang merupakan rangkaian peletakan dasar negara Republik Indonesia. 

“Soekarno dan Hatta kemudian melobi Wahid, 31 tahun, yang saat itu juga anggota termuda Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Hatta yakin Wahid akan mengutamakan kepentingan bangsa dan tanah airnya,” tulis Tempo edisi 24 April 2011 pada pengantar edisi khusus itu.

Namun, ketika BPUPKI membentuk Panitia Sembilan, KH Wahid Hasyim merupakan yang termuda. Berikut anggota Panitia Sembilan, jabatan, asal daerah berikut tanggal dan tahun lahir. 

Ir. Soekarno (ketua) 06/06/1901
Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua) lahir di Bukittinggi pada 12/08/1902
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota) lahir di Karawang, Jawa Barat pada 23/03/1897
Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota) Sawahlunto, Sumbar    23/08/1903
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota) 12/02/1913
Abdoel Kahar Moezakir (anggota) Yogyakarta pada 16/04/1907
Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota) Ponorogo, Jawa Timur, 16/06/1897
Haji Agus Salim (anggota) Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumbar    08/10/1884
Mr. Alexander Andries Maramis (anggota) Manado 20/06/1897

BPUPKI memiliki tugas merumuskan dasar-dasar negara Indonesia. badan tersebut melaksanakan sidang, di antaranya tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat”.

Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial”.

Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Pancasila", yaitu: “1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Ahmad Fathoni
Â