Tekankan Santri Dalami Ilmu Fiqih, Al-Qur’an dan Akhlak
NU Online · Rabu, 14 Agustus 2013 | 12:34 WIB
Pesantren Miftahul Ulum yang terletak di Dusun Krajan Desa Jatiurip Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu pesantren yang ada di Kabupaten Probolinggo. Pesantren ini didirikan dan diasuh oleh KH. Wasik Hannan yang merupakan salah satu pengurus PCNU Kota Kraksaan.<>
Pendirian pesantren ini sendiri penuh dengan lika liku. Walaupun pada akhirnya banyak santri yang berdatangan baik dari dalam maupun luar Kabupaten Probolinggo untuk mondok dan menuntut ilmu agama di pesantren tersebut.
Awalnya Kiai Wasik tidak mempunyai cita-cita untuk mendirikan pesantren, sebab tanggung jawabnya sangat besar. Namun karena diminta oleh KH. Hasan Abdul Wafi, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo, akhirnya Kiai Wasik mulai merintis pendirian pesantren secara bertahap seiring dengan semakin banyaknya santri yang datang untuk mondok.
Akhir tahun 1995, dengan dibantu sejumlah donatur dari daerah Kabupaten Probolinggo Kiai Wasik mulai mendirikan pendidikan madrasah diniyah (madin) tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan enam kelas. Karena kekurangan tenaga pengajar, ia kemudian meminta kepada pengasuh Pesantren Sidogiri, Kraton Kabupaten Pasuruan mengirimkan tenaga pengajarnya.
“Pengasuh Pesantren Sidogiri merespon permintaan bantuan tenaga pengajar yang saya butuhkan,” ungkap kiai yang pernah nyantri di Pesantren Sidogiri selama enam tahun ini.
Diakui Kiai Wasik, ada sekitar tiga pengajar dari Pesantren Sidogiri waktu itu. Karena santri yang datang semakin bertambah, dirinya kemudian meminta tambahan pengajar. Setelah MI berjalan enam tahun, Kiai Wasik kemudian mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). “Alhamdulillah para donatur ikut serta membantu pendirian MTs,” ungkapnya.
Setelah bisa mendirikan Madin, wali murid santri mulai meminta Kiai Wasik untuk mendirikan sekolah formal. Diakui Kiai Wasik, dirinya sempat ragu dan merasa kurang pantas karena di daerah sekitarnya sudah berdiri madrasah formal seperti MTs dan MA.
Namun berkat masukan sejumlah teman dekatnya, ia kemudian memilih mendirikan Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI). “Karena di lingkungan sekitar belum ada SMPI dan SMAI, saya lebih sreg pilih kedua lembaga pendidikan tersebut,” jelasnya.
Kiai Wasik mengaku pendirian SMPI dan SMAI baru dilakukan pada tahun 2006. “Para orang tua santri menginginkan anaknya bisa mengenyam pendidikan formal,” kenangnya saat ditemui NU Online.
Meski santrinya bersekolah di pendidikan formal, Kiai Wasik mengaku tetap mewajibkan santrinya mengikuti pendidikan madin. Untuk sekolah formal, santri masuk mulai pukul 07.00 hingga 13.00. Setelah melakukan shalat berjamaah bersama, pukul 14.00 hingga 17.00, para santri mengikuti sekolah madin. “Kami tidak menginginkan santri minim pengetahuan ilmu agama,” terangnya.
Saat ini santri putri yang menetap di Pesantren Miftahul Ulum berjumlah 80 orang. Sedangkan santri putra sekitar 16 orang. “Para santri yang sekolah disini banyak yang tidak menerap,” tuturnya sambil tersenyum.
Meski banyak santri yang tidak menetap, Kiai Wasik tidak mempermasalahkan . “Selama mereka masih semangat dalam mencari ilmu kami toleransi,” tegasnya.
Di pesantren yang diasuhnya, Kiai Wasik menekankan para santrinya mendalami ilmu fiqih, Alqur’an dan akhlak. Diakui Kiai Wasik, ketiga ilmu tersebut diharapkan menjadikan santrinya bisa menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
“Kami menginginkan santri ketika pulang tidak menjadi sampah masyarakat. Kami ingin agar mereka bisa menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat dengan bekal ilmu yang didapat selama berada di pesantren,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Red:Anam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
Terkini
Lihat Semua