Pesantren Mengikuti Mabisa Nuris (3-habis)

Tekad Pesantren Nuris Lahirkan Santri Milenial

Sab, 7 Juli 2018 | 06:00 WIB

Jember, NU Online
Jika berbicara tentang santri, maka yang terbayang di benak sebagian kalangan adalah insan yang sopan, jujur dan ibadah terjamin. Yang disebut terakhir ini adalah satu keharusan, karena ibadah juga mempunyai implikasi yang tidak kecil bagi pembentukan karakter. 

Akan tetapi untuk dapat mencapai hal tersebut tidak datang tiba-tiba. Perbaikan sekaligus peningkatan kualitas shalat santri baru menjadi perhatian dalam Mabisa atau Masa Bimbingan Santri di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur.

“Sebab, santri mondok tujuan dasarnya adalah pembentukan karakter akhlak mulia dan penyempurnaan ibadah,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Gus Robith Qashidi kepada NU Online di sela Mabisa, Jumat (6/7).

Dalam pelaksanaan Mabisa tersebut, santri dibimbing khusus dalam soal shalat. Tentu saja tata cara shalat ala Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Mereka diajarkan bacaan dalam shalat hingga fasih, dan artinya kalimat demi kalimat juga disampaikan. Sehingga diharapkan mereka bisa lebih menjiwai dan khusyu saat melaksanakan rukun Islam ini.

“Jangan sampai shalat santri tidak karuan. Tidak menggunakan thuma’ninah, bacaannya tidak fasih dan sebagainya. Itu memalukan,” jelasnya.

Untuk memacu semangat santri baru, di akhir Mabisa nantinya mereka akan diberi penghargaan atau reward. Reward diberikan kepada tiga peserta terbaik, masing-masing untuk kategori akhlak, hafal syair-syair kitab Tarbiyatush Shibyan dan terbaik bacaan shalat. Itu berlaku bagi santri putra dan putri.

“Untuk penilaian akhlak memang tidak diumumkan dari awal agar bisa berjalan alami dan tidak dibuat-buat,” jelas Gus Robith.

Mabisa dilaksanakan selama dua bulan. Setiap hari usai shalat Isya digelar bimbingan dan sebagainya. Sedangkan pagi hari diadakan pangajian klasikal, dan setelah Magrib mengaji Al-Qur’an.

Mabisa Nuris tahun ini diikuti sekitar 1.200 santri baru. Mereka adalah calon siswa di lembaga pendidikan formal Nuris seperti SMP, MTs, SMK dan MA. Sejak sekian tahun lalu, Nuris menerapkan kebijakan bahwa pelajar SMP ke atas wajib mondok. Itu tak lain sebagai upaya untuk melayani pendidikan santri secara integral.

“Sebab ketika santri oleh orang tuanya sudah dipasrahkan, maka kami punya tanggung jawab penuh untuk mendidiknya,” ungkap Gus Robith. Dengan sistem pendidikan seperti itu, santri Nuris diharapakan benar-benar memiliki aura santri, baik tingkah laku maupun dalam ibadah, lanjutnya. 

Namun hal tersebut tentu tidak cukup. Sebab santri milenial juga dituntut untuk menguasai sains dan teknologi. Karena itu, Nuris sudah lama membentuk sebuah lembaga internal, yaitu Seksi Penjamin Mutu. Lembaga ini melayani bimbingan intensif untuk 32 bidang ekstra kurikuler. Karenanya tidak mengejutkan jika siswa-siswi Nuris kerap menyabet juara dalam berbagai ajang tingkat regional maupun nasional. (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua