Pesantren

Santripreneur, Santri Trampil Batik dan Busana

NU Online  ·  Kamis, 7 Februari 2013 | 04:06 WIB

Yogyakarta, NU Online
Pondok Pesantren An-Nasyath Mlangi Sleman bekerjasama dengan Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan pelatihan lifeskill selama dua bulan. Pelatihan bertema “Santripreneur: Pemberdayaan Santri Berbasis Ketrampilan Batik dan Busana” ini diresmikan oleh HM. Muntakhob, Ketua Pekapontren Kementerian Agama DIY.<>

Pelatihan yang diselenggarakan pada Senin (28/1) ini melibatkan santri dan masyarakat sekitar pesantren di Dusun Mlangi dengan instruktur dari kalangan profesional guru, desainer dan pengrajin batik. Diikuti oleh 53 peserta, pelatihan ini dibagi menjadi dua konsentrasi ketrampilan yaitu batik dan busana

Ketua panitia Muhammad Syafi’ mengatakan, pelatihan ini sedianya hanya akan melibatkan 20 santri, akan tetapi karena minat santri yang besar dan masyarakat juga berkeinginan mengikuti kegiatan ini, jumlah peserta kemudian membengkak menjadi 35 peserta.

Ia menjelaskan, pelatihan berlangsung selama dua bulan dengan masing-masing konsentrasi terdiri dari 30 pertemuan dan setiap pertemuan berdurasi tiga jam. 

Menurut Faizah, salah satu instruktur ketrampilan busana, dengan alokasi waktu yang cukup intens diharapkan pelatihan ini mampu memberikan bekal yang maksimal bagi santri dan masyarakat untuk mengembangkan diri dalam dunia wirausaha sehingga mampu berperan dengan baik dalam pemberdayaan ekonomi keluarga dan masyarakat.

KH Samian Muharram, pengasuh PP. An-Nasyath dalam menyampaikan kepada semua peserta bahwa agama Islam harus dipahami secara seimbang. Islam jangan sampai hanya dipahami sebagai ritual akan tetapi juga sosial. Santri harus maksimal di dunia ritual tetapi juga bergerak di dunia sosial. Nabi Muhammad sebagai panutan sentral adalah seorang pendakwah sekaligus seorang pedagang. 

Abdul Syukur, alumnus ISI yang selama ini bergiat di dunia batik tulis Giriloyo dan sekaligus menjadi trainer membatik dalam kegiatan ini menyatakan kekagumannya terhadap antusiasme santri dan masyarakat mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan ini, tegasnya, jangan hanya berhenti pada proses pelatihan akan tetapi pondok pesantren bisa mengembangkan pesantren ini bukan hanya tempat mengaji akan tetapi menjadi sentra ketrampilan di dusun Mlangi. Sentra ketrampilan ini bisa didesain salah satunya dalam bentuk sanggar batik dan busana yang bisa dimanfaatkan bagi seluruh masyarakat untuk belajar dan mengembangkan diri.

Menurutnya,kegiatan ini adalah kombinasi yang pas di mana pesantren mempunyai banyak khazanah keunikan Islam dengan dunia batik dan busana yang kental dengan kreasi dan tradisi lokal. Tidak mustahil nanti akan menciptakan motif-motif batik santri.”

Dalam pelatihan ini santri dibekali dengan teori dan praktik sekaligus. Santri belajar bagaimana membuat pola busana, tehnik menjahit, tehnik obras, tehnik bordir dan strategi pemasaran. Sedangkan dalam ketrampilan batik para santri menerima materi sejarah batik, genre batik, pengenalan alat-alat batik seperti canting, malam, meja pola, meja pewarnaan, penggoyangan dan lain sebagainya.

Strategi pemasaran melalui galeri dan media on line juga diberikan kepada seluruh peserta. Di samping teori, peserta langsung dilibatkan dalam praktik dengan semua peralatan dan perlengkapan yang sudah disediakan oleh panitia seperti mesin jahit, mesji obras, mesin bordir, canting, meja pola dan lain sebagainya. Setelah pelatihan berakhir, peserta didorong untuk berkreasi dan melakukan produksi sampai pada tahap pemasaran.


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Anis Mashduqi

 

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua