Pesantren

Pesantren Nurul Islam Didirikan Karena Keprihatinan

NU Online  ·  Jumat, 5 Juli 2013 | 20:00 WIB

Probolinggo, NU Online
Nurul Islam merupakan salah satu pesantren tua di Kabupaten Probolinggo. Pesantren yang terletak sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari pusat pemerintahan Kecamatan Sumberasih ini kini diasuh KH. Achmad Hisyam.

<>
Sekretaris Yayasan Nurul Islam KH. Misbahul Munir kepada NU Online, Jum’at (5/7) mengungkapkan Pesantren Nurul Islam awalnya didirikan karena keprihatinan kepada warga NU di Kecamatan Sumberasih. Apalagi saat itu tidak ada pesantren di Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih.

“Bahkan hingga saat ini, Pesantren Nurul Islam adalah satu-satunya pesantren yang terletak di Desa Laweyan. Santri pesantren ini tidak hanya berasal dari dalam tetapi juga dari luar Kabupaten Probolinggo,” ungkapnya.

Menurut Munir, kondisi Desa Laweyan saat itu sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang tidak bisa baca tulis Al-Qur’an. Atas kondisi itu, kemudian kakeknya almarhum KH. Nuruddin mendirikan pesantren dengan harapan bisa memberikan pengetahuan luas tentang agama.

“Mengaku agama Islam, tetapi meteka belum bisa baca tulis Al-Qur’an. Atas kejadian itulah, maka pesantren ini didirikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat Desa Laweyan saat itu,” jelasnya.    

Lebih lanjut Munir menjelaskan, saat awal Pesantren Nurul Islam didirikan respon masyarakat tidak positif. Banyak masyarakat yang menggunjing dan tidak menerima didirikannya pesantren tersebut. Tetapi berkat keluwesan dan komunikasi yang dilakukan KH. Nuruddin, pesantren mulai diterima masyarakat.

“Kakek bilang, saat didirikan tidak ada satupun warga sekitar mendukung, mereka malah sinis dan meremehkan. Tetapi kalau sekarang sudah banyak masyarakat yang ingin sekolah dan mondok disini,” terangnya.

Sebagai pesantrean yang terus berkembang, berbagai prestasi telah ditorehkan pesantren yang berdiri sejak 1963 itu. Tahun 2013 ini, melalui lembaga pendidikan formalnya sudah menorehkan prestasi juarai II lomba bola voli, lempar peluru tingkat, serta lomba pidato bahasa Arab nomor II (semuanya tingkat Provinsi Jawa Timur). 

Untuk tingkat Kabupaten Probolinggo, juara I MTQ, juara pidato Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan lomba lari cepat 100 meter.

“Prestasi tersebut tidak diraih secara tibai-tiba, banyak kegiatan pesantren yang khusus untuk meraih prestasi. Biasanya dilakukan saat libur sekolah formal atau diniyah. Libur sekolah formal pada hari Ahad,” tegasnya.

Dikatakan Munir, pada hari Ahad pagi kegiatan di Pesantren Nurul Islam diisi dengan kegiatan drum band dan olahraga prestasi meliputi atltetik, baris berbaris, bola voli, bulutangkis dan kegiatan pidato. Sementara hari Jumat, merupakan libur pendidikan diniyah.

“Jumat pagi tetap sekolah formal, setelah dhuhur kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan itu meliputi latihan kitab kuning, pidato bahasa Arab, Musabaqah Tilawatil Quran serta dan Khotmil Al-Quran,” pungkasnya.

Redaktur     : Abdullah Alawi 
Kontributor : Syamsul Akbar

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua