Pesantren Asy-Syafi’iyyah Indramayu, Hasilkan Generasi Multi Talenta
NU Online · Sabtu, 17 Agustus 2013 | 03:13 WIB
Indramayu, NU Online
 Pesantren Asy-Syafi’iyyah berdiri pada awal masa kemerdekaan (1955) Pesantren ini, semula adalah basis (masyarakat) dalam mengadakan perlawan terhadap penjajah  Belanda dan dalam perkembangannya, terus melakukan peningkatan fasilitas dan kualitas. Â
<>
Dibawah pimpinan KH Syafi’i (alm) mereka berjuang membela hak-hak warga pribumi, tanpa melupakan tugas sebagai santri untuk memperdalam wawasan keagamaan. Pasca-kemerdekaan pesantren yang berada di Desa Kedungwungu ini berkonsentrasi di ranah pendidikan dan dakwah.Â
Awalnya Pesantren Asy-Syafi’iyyah sebagai lembaga pendidikan Islam non formal (pesantren salafiyah) yang mengajarkan ilmu agama. Saat itu, Kiai Syafi’i hanya menitik-beratkan pada pengajaran â€Qiroatul Qur’an†(membaca Al-Qur'an) dan kitab–kitab fikih tingkat dasar dengan sistem â€sorogan†yang bertempat di musholla. Karena belum tersedia fasilitas/ruangan khusus untuk kegiatan belajar-mengajar.
Â
KH Syafi’i dalam pengajarannya dibantu KH Abdullah Shobari (alm), kemudian diteruskan oleh KH Afandi Abdul Muin (pengasuh) sebagai generasi pertama KH Syafi’i.
Untuk membekali generasi Muslim (santri) dengan wawasan yang lebih luas, Abah Afandi —panggilan para santri pada KH Afandi Abdul Mu’in– pada tahun 1960 membuka madrasah formal di lingkungan Pesantren. Semula Madrasah ini bernama Madrasah Raudlotut Thalibin (MRT). Namun, atas dasar pertimbangan para dzurriyah (keluarga KH Syafi’i) untuk mengenang jasa sesepuh dan leluhur, maka nama tersebut diganti jadi Madrasah Asy-Syafi’iyyah, dinisbatkan pada KH Syafi’i, sang pendiri.
Â
Tahap pertama madrasah ini hanya membuka tingkat dasar (ibtidaiyyah) dengan masa pendidikan 6 tahun. Kurikulum 80% pelajaran agama dan 20% pelajaran umum. Masuk di sore hari, mulai pukul 13.00- 17.00 WIB.Â
Â
Seiring perkembangan waktu dan mengapresiasi bakat dan minat para santri, kini  Pesantren Asy-Syafi’iyyah saat ini, sudah memiliki pendidikan mulai RA (Raudhatul Athfal), MI (Madrasah Ibtidaiyyah) SMP (Sekolah Menengah Pertama) SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Madrasah Diniyah (sore) dan Ma’had Aly. Bahkan telah membuka STAIA (Sekolah Tinggi Agama Islam Asy-Syafi’iyyah).
Â
Dengan bertambah banyaknya para santri/ siswa, pihak yayasan pun terus berusaha untuk melakukan pembenahan dan pengembangan yang bersifat inovatif dan konstruktif baik dalam fasilitas belajar-mengajar maupun sarana lainnya terlebih lagi dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan.
Bertambahnya kuantitas harus diimbangi dengan meningkatkan kualitas. Hal ini sebagai upaya nyata pihak yayasan untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan yang ada agar Yayasan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah mampu melahirkan manusia–manusia yang beridentitas Islam ke-Indonesiaan, dan mampu bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa, negara, dan agama. Asy-syafi’iyyah estafet berusaha mencetak generasi Indonesia yang religius dan multi talenta.Â
Sebagai upaya peningkatan kualitas lembaga maupun para santri, Asy-Syafi’iyyah  mengadakan hubungan atau kerjasama dengan lembaga-lembaga internasioanl, Seperti Liga Muslim Dunia (Moslem Word League) yang berkantor pusat di Makkah Saudi Arabia, Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) yang berkantor pusat di Kerajaan Maroko. Dua lembaga internasional tersebut telah menunjang sarana dan prasaran belajar mengajar berupa sumbangkan ratusan buku dan kitab untuk perpustakaan pesantren. Hubungan dengan lembaga internasional lain yang dijalin adalah seperti Majlis Ilmi A’la Kerajaan Maroko.Â
Pesantren ini, juga pernah mengadakan studi banding ke beberapa lembaga pendidikan dan universitas  yang berada di luar negeri; seperti Libiya, Maroko, Kesultanan Oman, Kerajaan Saudi Arabia, Mesir, Jordan dan negara-negara lainnya. Studi banding itu langsung dilakukan oleh Dr KH Ahmad Najib Afandi, Lc MA (Ketua Yayasan) dan KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA (Wakil ketua Yayasan).Â
KH Afandi Abdul Muin Syafi’i yang akrab disapa abah Afandi juga merupakan salah satu santri Pesantren Tebu Ireng Jombang ketika masih diasuh oleh KH Hasyim asy-Asri sekaligus alumnus pesantren Tambakberas Jombang di masa KH Wahab Hasbullah.Â
Para tokoh NU saat ini pun silih berganti banyak yang berkunjung ke pesantren ini, seperti KH Said Aqil Siroj, KH Salahuddin Wahid, Mahfud MD. Termasuk dulu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Semasa hidupnya minimal dua kali dalam setahun berkunjung ke pesantren ini.Â
Begitu juga para menteri kabinet era Gus Dur dulu, mayoritas pernah menginjakkan kaki di pesantren yang terletak di Indramayu bagian Timur ini. Temasuk juga Abd. Kholik (Ketua Himpunan Pengusaha NU) adalah salah satu pengusaha yang sering ke pesantren ini.Â
Amalan ibadah di pesantren inipun menginduk pada NU (Nahdlatul Ulama), logo lembaga yayasannya pun dominan mirip dengan logo organisasi NU.Â
Akan tetapi, pesantren ini menafikan fanatisme ormas ataupun golongan, apalagi partai politik, tidak pernah mengembor-geborkan fanatisme bendera ormas (NU). Pesantren ini istiqomah (eksis) mengabdi kepada semua lapisan dan kemajemukan bangsa, semua orang beragama Islam diterima di sini.
 Prinsip pengabdian pesantren ini adalah: “Dari desa untuk bangsa, memproduk generasi religius multitalentaâ€.
Redaktur: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
Terkini
Lihat Semua