Ngabuburit di Pesantren; dari Menulis, Musik, sampai Nonton Film
NU Online · Selasa, 7 Juli 2015 | 20:19 WIB
Bekasi, NU Online
Ngabuburit Bareng Surah pada Ramadhan tahun ini digelar di lima pesantren kota Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Ngabuburit yang diisi dengan pelatihan prosa dan puisi tersebut dimulai di Pesantren Qotrun Nada, Assalam, Tapak Sunan, Al-Asiyah, dan terakhir An-Nur.
<>
Di Pondok An-Nur, kegiatan dimulai dengan acara sambutan yang diselenggarakan pengurus pondok. Pembacaan kitab suci Al-Qur’an, senandung rawi, dan tahlilan.
Salah seorang pengajar di pesantren An-Nur, Ustadz Hery mengakui masih kurangnya penulis yang berasal dari dunia pesantren. Karenanya, ia berharap kegiatan yang digagas Majalah Surah ini mampu menumbuhkan bibit-bibit penulis baru, terutama dari pesantren An-Nur.
Pada sesi pelatihan, santri dibagi dalam tiga kelompok penulisan. Kelompok puisi ditemani M. Irvan Kurniawan. Para santri diajak belajar pembentukan kata yang menjadi unsur puisi. Seluruh santri diminta untuk menulis sebuah kata, dan kemudian mengembangkan kata tersebut menjadi puisi.
Kelompok cerpen ditemani A.Zakky Zulhazmi. Sebelum dimulai, para santri diajak untuk menyaksikan tayangan film berjudul “Johny Ekspress”. Film berdurasi 5 menit tersebut, dijadikan patokan guna merangkai cerita fiksi.
Pelatihan dilanjutkan dengan pemaparan kiat dasar dalam menulis. Dalam sesi tersebut, pemateri menjelaskan 3 kunci dasar dalam menulis yaitu, menulis buruk, menulis cepat dan editing.
Kelompok terakhir dalam pelatihan ini adalah penulisan novel yang dipaparkan Dedik Priyanto. Seperti kelompok sebelumnya, proses belajar dibuka dengan menyaksikan film. Menonton film menjadi cara yang digunakan pemateri untuk mengembangkan imajinasi para peserta dalam membentuk cerita yang baik.
Mereka kemudian dengan presentasi. Pada sesi ini, pemateri menjelaskan pentingnya membaca sebelum menulis. Mengutip pandangan beberapa penulis, pemateri juga menjelaskan kiat-kiat menulis novel.
Pelatihan ditutup dengan materi yang disampaikan Pemimpin Redaksi NU Online Savic Ali. Pada sesi tersebut, para santri diajak untuk mulai menulis dalam bentuk apa pun, termasuk buku harian.
Ia mencontohkan buku diary Anna Frank yang termasuk buku paling berpengaruh di dunia. Di sela-sela pemaparan, pembicara juga mengajak para santri membaca salah satu cerpen yang dimuat pada Majalah Surah.
Pelatihan sastra ini diikuti oleh 50 santri pondok pesantren An-Nur yang mengikuti program boarding school. Para peserta berasal dari jenjang pendidikan yang beragam, bahkan peserta termuda dalam kegiatan ini berasal dari kelas 5 Madrasah Ibtidiyah(MI). Meski demikian, acara pelatihan ini tetap berjalan lancar. Sebab, di sela-sela pelatihan, Adi Sucipto menghibur peserta dengan pementasan gitar akustik.
An-Nur merupakan pondok pesantren yang didirikan oleh KH. Muchtar Thabrani pada tahun 1951. Di usianya yang menginjak 64 tahun, pondok pesantren ini memiliki lembaga pendidikan formal di jenjang RA, MI, SMP Islam, MTS, dan MA.
Tercatat hampir 4000 santri yang menempuh pendidikan formal pada lembaga ini, dan 80 orang diantaranya muqim serta mengikuti pola pendidikan boarding school yang mulai dibuka pada tahun 2009.
Program Ngabuburit Bareng Surah merupakan program pelatihan yang terselenggara atas kerja sama Majalah Surah dan Bank Mutiara serta lembaga-lembaga lain, seperti Banana Publisher, Lakpesdam NU, NU Online, dan penerbit Zaman. (Aditya Nugraha/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua