Pesantren PESANTREN DARUT TAQWA

Gratiskan Biaya Pendidikan, Tanggung Kebutuhan Hidup Santri

NU Online  ·  Rabu, 25 Maret 2015 | 04:07 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren Darut Taqwa di Desa Kedungrejoso Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo ini memang tidak dikhususkan untuk menampung anak didik yang berasal dari kaum dhuafa, seperti anak yatim piatu dan keluarga miskin. Tetapi santri yang menimba ilmu tidak dipungut biaya pendidikan dan makan.
<>
Muhammad Holil mengatakan pendidikan itu merupakan tanggung jawab secara agama. Selain itu pendidikan bagi kaum miskin dijamin oleh negara. “Pendidikan bagi mereka sudah dijamin oleh negara. Karena itu semua anak usia sekolah tidak boleh putus sekolah,” ungkap putra ketiga Pengasuh Pesantren Darut Taqwa KH Wahyu Khoirul Anwar ini, Senin (22/3).

Lulusan Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajarakan ini menjelaskan bahwa semua kebutuhan hidup santri ditanggung oleh pesantren yang diambilkan dari hasil sawah milik pengasuh KH Wahyu Khoirul Anwar. “Sedangkan untuk biaya pendidikan berasal dari bantuan yang diterima pesantren dari pemerintah,” jelasnya.

Meski tidak mempunyai donator tetap, pesantren tidak pernah membatasi jumlah santri. Sebab sang pengasuh berkeyakinan dengan semakin banyak santri yang mukim, maka semakin banyak rizki yang akan diturunkan Allah SWT.

“Kami tidak pernah merasa khawatir banyaknya santri akan mengganggu kualitas pendidikan. Insya Allah, meskipun santrinya banyak, pendidikan yang berlangsung tidak dilakukan asal-asalan. Karena kami ingin pesantren ini mampu mencetak santri yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat,” terangnya.

Suami Choirul Hidayatin ini menerangkan bahwa kegiatan keagamaan di Pesantren Darut Taqwa mungkin sama seperti di pesantren lainnya. Kegiatan shalat malam pada pukul 03.00 hingga menjelang shalat Subuh. Setelah Subuh kemudian dilakukan pengajian kitab kuning yang dilanjutkan dengan shalat Dhuha berjamaah. “Setelah itu mereka masuk sekolah,” tegasnya.

Holil menuturkan, pada pukul 13.00 semua santri menempuh pendidikan di Madrasah Diniyah (Madin). Kemudian pada malam hari mereka mengikuti pengajian kitab kuning. Ada dua sistem yang diterapkan dalam pengajian kitab kuning ini. Yakni sistem sorogan dan klasikal.

“Sistem sorogan ini adalah mengaji satu persatu kepada kiai atau ustadz. Sedangkan sistem klasikal adalah mengaji berdasarkan kemampuan santri. Sebab tidak semua santri punya kemampuan yang sama,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua