Pesantren

Darullughah Walkaromah Berarti Gudang Bahasa dan Keramat

NU Online  Ā·  Jumat, 25 Oktober 2013 | 22:03 WIB

Pesantren Darullughah Walkoramah di Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kraksaan Kabupate Probolinggo didirikan oleh Alm. KH Baidhowi. Kiai kelahiran 11 Februari 1914 silam asal Desa Galis Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, Madura ini mendirikan Pesantren Darullughah Walkaramah pada pertenghan tahun 1948.<>
Ā 
Pendiri memberi nama pesantren seperti itu, sesuai cita-cita pendirian pesantren untuk mencetak santri yang mampu memahami bahasa asing, seperti Bahasa Arab dan Inggris. Darullughah Walkaramah berarti gudang bahasa dan keramat. Ditambah keramat, karena di dalam pesantren, ada petilasan Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Ā 
Sebelum mendirikan Darullughah Walkaramah, Kiai Baidhowi pernah nyantri di sejumlah pesantren di Jawa, seperti Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.
Ā 
Berbekal pemberian tanah seorang dermawan di desa setempat seluas 4x9 meter, Kiai Baidhowi mendirikan Pesantren Darullughah Walkaramah. Pada awal berdirinya, pesantren ini hanya memiliki duaĀ  santri. Itupun berasal dari desa setempat.
Ā 
Tanah seluas 4x9 meter tersebut oleh Kiai Baidhowi kemudian dibagi menjadi dua. Bagian pertama ia buat langgar atau musholla dari kayu. Sisanya, dirikan tempat tinggal yang bahannya terbuat dari bahan yang sama. Jumlah santri mulai terlihat meningkat setelah pesantren berjalan dua tahun lebih.
Ā 
Sekitar tahun 1917, Kiai Baihhowi mulai membangun pemondokan santri dari bangunan sederhana yang terbuat dari gedek (bambu). Bangunan tersebut didirikan bersama warga sekitar. Kemudian ia memperluas dan membangun pesantrennya dengan menggandeng para dermawan. Selama kepemimpinannya, luas area pesantren menjadi dua hektar dan jumlah santrinya meningkat cukup signifikan.
Ā 
Jumlah santri putra dan putri pesantren Darullughah Walkoramah dari tahun 1948 sampai tahun 1990 berkisar 500 santri. Selama itu, pesantren mampu membangun asrama santri permanen. Bangunan gedung untuk santri putra ada enam asrama, begitu juga dengan jumlah gedung asrama putri.
Ā 
Pada kepemimpinan Kiai Baidhowi, sudah didirikan sekolah formal berupa Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA).Ā  Paska meninggalnya Kiai Baidhowi pada awal tahun 1990, kepemimpin pesantren diteruskan keturunannya, yakni Alm. KH. Ali Wafa, yang berlangsung dari tahun 1990 sampai tahun 1997 atau kurang lebih tujuh tahun.
Ā 
Dalam kepemimpinan Kiai Ali Wafa, penambahan gedung asrama serta peningkatan jumlah santri sekitar 800 santri. Paska meninggalnya Kiai Ali Wafa pada pertengahan tahun 1997, kepemimpinan pesantren diteruskan oleh KH. Mahmud Ali Wafa. Dalam perjalanannya, Pesantren Darullughah Walkaromah berkembang pesat, terutama jumlah santri dan pendidikan formal.
Ā 
Pada tahun 2012, pengasuh Pesantren Darullughah Walkoramah menambah sekolah formal. Yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Saat ini, jumlah santri putra dan putri sebanyak 1.100 santri. Dengan rincian 300 santri putra dan santri putri sebanyak 800 orang. Ā 
Ā 
Kepala Pesantren Darullughah Walkaramah Masrur Ghazali kepada NU Online, Jum’at (25/10) mengatakan santri yang mondok di pesantren berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Seperti Kalimantan, Sumatera dan Madura. Bahkan ada pula santri yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia. ā€œSantri juga berasal dari latar belakang kultur sosial masyarakat yang berbeda-beda,ā€ pungkasnya. (Syamsul Akbar/Anam)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua