Pesantren

Dara Cantik dari Singapura Ini Belajar Agama di Pesantren Tambakberas

Sel, 20 Februari 2018 | 11:00 WIB

Jombang, NU Online
Namanya Siti Fatimah binti Azman. Usianya baru 21 tahun, namun semangat dalam memperdalam agama tidak surut. Rela meninggalkan kegiatan bisnis yang digeluti demi mendapatkan tambahan pengetahuan agama di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

“Saya merasa pengetahuan agama Islam yang diajarkan selama di sekolah kurang memadai,” katanya, Selasa (20/2). Karena materi keagamaan hanya disampaikan sebentar. Itupun sehari dalam sepekan, lanjutnya.

Atas jasa dan izin orang tuanya,  Azman bin Jalani dan Sharifah Bee binti Abdul Rozak, perempuan berparas ayu ini rela nyantri selama kurang lebih dua bulan. Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk menimba pengetahuan agama dari membaca Al-Qur’an, tafsir, tauhid, hingga sejarah para nabi.

“Masih berjalan dua pekan, namun sudah banyak yang bisa saya cerna,” katanya saat ditemui di Madrasah Aliyah Unggulan KH Abdul Wahab Hasbulloh atau MAUWH Tambakberas.  

Terhitung sejak 6 Februari hingga 25 Maret, Siti Fatimah mendapatkan bimbingan secara khusus dari sejumlah ustadz dan ustadzah di pesantren tersebut. Dan selama nyantri, dirinya menempati asrama atau ribath Lathifiyah 2 yang berada di lingkungan Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

Terkait bahasa komunikasi, dirinya tidak mengalami kendala berarti. “Karena di Singapura, bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa pengantar keseharian,” akunya. Kendati demikian, ia menyadari ada sejumlah kosa kata yang agak berbeda.

Tambahan wawasan keagamaan selama di pesantren tidak semata digunakan untuk dirinya sendiri. “Nantinya ilmu yang saya dapat akan disampaikan kepada kawan dan sahabat tempat saya tinggal di Singapura,” tandasnya.

Anak keempat dari enam bersaudara ini rela meninggalkan pekerjaan sebagai sales dan marketing demi memperoleh ilmu baru. Baginya, ilmu agama jauh lebih penting dibandingkan dengan karir dan penghasilan.

“Saya memang berusaha mandiri, dengan tidak menggantungkan pemasukan dari orang tua,” katanya terkait alasan bekerja. Uang yang dihasilkan juga akan digunakan untuk menutupi biaya kuliah di Singapura yang terkenal mahal. Jangankan untuk lanjut studi, untuk biaya hidup saja cukup mahal, lanjutnya.

Oleh sebab itu, kesempatan selama berada di pesantren, dimanfaatkan betul untuk mendalami agama. “Apalagi kedua orang tua saya memiliki Yayasan Muhammad Zuhaili Quran Center di Singapura,” ungkapnya.

Sebagai rasa terima kasih, Siti Fatimah juga mengisi kesehariannya dengan mengajar bahasa Inggris dan matematika kepada sejumlah pelajar selama di sekolah maupun kala berada di ribath (asrama). "Pengetahuan santri dan pelajar di sini sudah memadai, malah saya kadang minta diajari bahasa Arab," pungkasnya. (Ibnu Nawawi)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua