Bidik Kelas Menengah Muslim dengan Tawaran Kualitas Internasional
NU Online · Kamis, 19 November 2015 | 22:35 WIB
Pesantren identik dengan lembaga pendidikan dengan fasilitas sederhana. Tapi seiring dengan meningkatnya jumlah kelas menengah Muslim, banyak diantaranya yang ingin mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama khas pesantren tetapi dengan fasilitas dan kualitas yang lebih baik. Banyak orang tua yang yang dulu semasa mudanya nyantri menginginkan anaknya juga belajar agama di pesantren. <>Tetapi kondisi yang berbeda menyebabkan anak-anak dari keluarga yang secara ekonomi sudah mapan tersebut tidak kerasan jika harus nyantri dengan kondisi seperti era orang tuanya karena di rumahnya, mereka sudah terbiasa hidup nyaman.Â
Kebutuhan yang belum terpenuhi dari kelompok inilah yang dicoba dipenuhi oleh Pesantren Almanar Azhari yang didirikan oleh KH Manarul Hidayat di daerah Limo Depok pada tahun 2005. Pesantren ini menawarkan alternatif sistem sekolah berasrama tetapi dengan nilai tambah kurikulum keislaman dengan standar internasional.
Untuk kurikulum keislaman pesantren Almanar mengacu pada standar Universitas Al Azhar Mesir sedangkan kurikulum umumnya bekerjasama dengan Universitas Cambridge, Inggris yang meliputi pelajaran matematika, kimia fisika, biologi, dan Bahasa Inggris.Â
Pesantren ini benar-benar memanjakan santrinya dengan fasilitas menunjang kegiatan belajar mengajar yang lengkap seperti laboratorium, perpustakaan, sarana olahraga, dan kesehatan, hingga kolam renang untuk menjaga kebugara para santri. Di luar itu, setiap enam santri dibawah bimbingan satu pengasuh yang mengikuti terus perkembangan santri dari hari ke hari.Â
Jenjang pendidikan yang ditawarkan adalah tingkat SMP dan SMA. Agar kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif, satu kelas maksimal hanya diisi 20 siswa. Untuk asrama, satu kamar hanya diperuntukkan bagi 4-5 orang, tergantung besar kecilnya ruangan. Tentu saja semua ruangan juga sudah menggunakan pendingin udara.
Santri juga diizinkan membawa laptop untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan seluruh area sekolah sudah terkoneksi dengan wifi sehingga santri bisa berselancar di dunia maya untuk mencari dan mengunduh berbagai informasi yang diperlukan. Di luar jam belajar, laptop disimpan di loker khusus oleh ustadz atau ustadzahnya.Â
Tentu saja, lingkungan sekolah dibuat senyaman mungkin. Di halaman asrama dan sekolah bertingkat tiga itu, pohon-pohon yang rindang membuat udara yang panas menjadi sejuk sedangkan di tengah-tengah, antara masjid dengan sekolah, terdapat lapangan olah raga yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas. Hal ini sangat krusial bagi para remaja yang fisiknya sedang tumbuh. Gazebo untuk bersantai atau berdiskusi juga disediakan di salah satu sudut sekolah.Â
Tentu dengan fasilitas seperti ini, dibutuhkan dana yang besar. Saat masuk pertama, santri harus membayar 25 juta sedangkan biaya bulanannya 2.5 juta. Semuanya sudah mencakup kebutuhan sehari-hari santri seperti makan dan minum, uang kegiatan, dan laundry. Santri hanya perlu belajar dengan baik untuk meningkatkan prestasinya.Â
Tak banyak yang bisa menjangkau pendidikan dengan biaya pendidikan sebesar itu, tetapi bagi kelompok kelas menengah Muslim yang menginginkan kualitas sebagai tuntutan utama, uang mungkin bukan masalah. Secara keseluruhan ada sekitar 150 santri yang belajar di sini.
Di pesantren ini, ada empat nilai yang dikembangkan, yaitu orientasi budaya, orientasi akademik dan karir, orientasi pengembangan kepribadian dan orientasi sosial dengan orientasi spiritual sebagai fondasi utama yang terintegrasi ke dalam kurikulum dan program-program lainnya. Karena itu, dalam setiap pembelajaran, selalu dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman. Jika belajar tentang sains, maka hal itu juga dikaitkan dengan ayat-ayat Qur’an terkait.Â
Sementara itu pola pembelajaran di kelas mengacu kepada empat pilar pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap santri untuk mengembangkan kemampuan ‘belajar tentang cara belajar’ (learning to know), belajar bagaimana memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik kehidupan (learning to do), belajar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan menemukan peluang aktualisasi diri (learning to be) serta keterampilan untuk hidup bermasyarakat (learning to live together) dan juga piawai dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara baik dan berkualitas dengan menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab.
Sebagaimana layaknya pesantren, para santri harus sudah bangun pada pukul 03.30 untuk shalat tahajjud dan dilanjutkan mengaji. Sekolah formal dimulai pukul 07.30-12.00. selanjutnya kegiatan pada sore hari adalah kegiatan ekstra kurikuler. Seusai maghrib, ada lagi pengajian sedangkan bagi siswa kelas tiga SMP dan SMA, diwajibkan untuk mengikuti bimbingan belajar guna mempersiapkan Ujian Nasional.
Setiap semester, santri mengikuti kegiatan field trip yang sekaligus mengaitkannya dengan berbagai aspek pelajaran. Sebagai misal pada semester lalu mereka diajak ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu. Selanjutnya, mereka diminta membuat laporan rinci hasil dari kunjungan tersebut.Â
Pesantren Almanar merupakan sebuah inovasi baru sebagai respon kelas menengah Muslim akan pendidikan keagamaan yang berkualitas yang selama ini ruangnya belum terisi. Di masa mendatang, mungkin akan semakin banyak pesantren yang menawarkan kualitas sebagai keunggulan seiring dengan semakin besarnya kelas menengah Muslim. (Mukafi Niam)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua