Nasional RISET DIKTIS

Upaya Meningkatkan Kualitas Komunitas Rebana Perempuan Khairun-Nisa

Jum, 11 Oktober 2019 | 16:00 WIB

Upaya Meningkatkan Kualitas Komunitas Rebana Perempuan Khairun-Nisa

Komunitas rebana di Temanggung (Foto: cropping video Seni Rebana Perempuan di Temanggung-Studi Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa)

Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa adalah salah satu komunitas rebana yang ada di Kecamatan Tembarak, Temanggung, Jawa Tengah. Komunitas ini beranggotakan kaum hawa, baik yang sudah menikah ataupun belum, dan menjadi wadah yang mampu menampung potensi mereka dalam bidang seni rebana.
 
Adalah Hidayatun Ulfa dari Dusun Mantenan, Temanggung, yang memprakarsai pendirian Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa pada 2017 lalu. Ada tujuh grup rebana dari desa-desa di Kecamatan Tembarak yang tergabung dalam komunitas tersebut. Untuk menuju angka tujuh (grup) tersebut tidaklah mudah, mengingat ini adalah grup rebana perempuan atau ibu-ibu, yang sudah berkeluarga dan mempunyai kewajiban sebagai seorang istri dan seorang ibu.
 
Namun persoalannya, anggota Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa memiliki pengetahuan yang minim tentang variasi ketukan dan vokal dalam dunia rebana. Mereka berlatih 'apa adanya'. Maksudnya, mereka belum pernah mendapatkan pelatihan khusus untuk vokal, yang penting menirukan lagu yang sudah ada. Begitupun dengan penabuhnya. Sehingga, kualitasnya masih di bawah standar karena rumus dasar ketukan yang dikuasiai masih sangat terbatas.
 
Di samping itu, ruang lingkup Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa juga masih sangat terbatas. Yakni hanya di Kecamatan Tembarak saja, belum bisa merambah ke kecamatan-kecamatan lain di Temanggung. 
 
Oleh karena itu, dosen dan peneliti di STAINU Temanggung, Muh Baehaqi dan Eko Sariyekti, mengadakan penelitian sekaligus pengabdian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa. Dengan menggunakan model pengabdian berbasis Participatory Action Research (PAR), mereka berusaha meningkatkan pengetahuan anggota komunitas tentang ketukan dan vokal dalam rebana. Penelitian tersebut terlaksana dengan bantuan dukungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018.
 
Dalam laporannya, Muh Baehaqi dan Eko Sariyekti mengungkapkan setidaknya ada delapan strategi yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas rebana komunitas ini. Pertama, Focus Group Discussion (FGD) bersama tim pengabdi sebagai langkah pemetaan awal. Melalui FGD, tim pengabdian merencanakan konsep yang tepat dalam meningkatkan kualitas komunitas dan komunitas menyampaikan kendala-kendala yang dihadapinya. Dari situ, muncul suatu konsep dan juga alternatif solusi dari program yang akan dilaksanakan.
 
Kedua, sosialisasi. Setelah ditemukan konsep yang tepat, tim pengabdian dan ketua komunitas bersama menyosialisasikannya kepada seluruh anggota Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa. Pada tahap sosialisasi ini, dijabarkan juga kepada mereka bahwa akan ada pengembangan wilayah keanggotaan. Tidak hanya untuk Kecamatan Tembarak saja, tapi juga untuk kecamatan-kecamatan lainnya di Temanggung.
 
Ketiga, FGD bersama seluruh anggota komunitas. Setelah dikembangkan untuk kecamatan-kecamatan lainnya, jumlah anggota komunitas bertambah menjadi 17 grup. Ketua dan wakilnya dari 17 grup tersebut diundang untuk melaksanakan FGD bersama. 
 
Keempat, workshop rebana. FGD tersebut menghasilkan keputusan pelaksanaan workshop rebana yang dilaksanakan pada Ahad, 14 Oktober 2018. Workshop rebana sendiri dibagi ke dalam beberapa sesi, yakni sesi pendalaman vokal, pendalaman ketukan, dan penyelarsan masing-masing grup. Pada tahap ini, disiapkan pemateri dan pakar penabuh yang siap memandu mereka.
 
Di akhir acara workshop, ditandatangani Deklarasi Komunitas dengan formasi anggota yang baru, yakni Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa Kabupaten Temanggung. Hal ini dikarenakan anggota komunitas berasal dari dari beberapa kecamatan di Kabupaten Temanggung seperti Tembarak, Tlogomulyo, Kandangan, Pringsurat, Gemawang, Kedu, dan Kranggan.
 
Kelima, evaluasi workshop dan FGD persiapan Gebyar Rebana. Tim pengabdian melakukan evaluasi workshop rebana. Apa-apa saja yang berjalan sesuai rencana dan mana yang tidak. Selain itu, mereka juga mempersiapkan pelaksanaan Gebyar Rebana. 

Keenam, pelaksanaan Gebyar Rebana. Untuk menjaga konsistensi masing-masing grup, disepakati pengadaan Gebyar Rebana setiap dua bulan sekali. Gebyar Rebana perdana dilaksanakan di Dusun Mantenan pada hari Jumat, 2 November 2018. Pelaksanaan Gebyar Rebana meningkatkan antusiasme ibu-ibu untuk untuk terus mengembangkan kemampuan dalam rebana, baik kualitas vokal maupun ketukan. 
 
Ketujuh, evaluasi Gebyar Rebana. Pada tahap ini, tim pengabdian juga mendengar masukan dan saram dari pihak masyarakat agar kegiatan Gebyar Rebana berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Kedelapan, pendampingan. Tim pengabdian terus melakukan pendampingan agar kualitas dan kuantitas komunitas bisa terus berkembang dan meningkat. 
 
Penulis: Achmad Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan