Nasional

Untuk Kuatkan Ekonomi Umat, Pesantren Harus Adaptif

NU Online  ·  Kamis, 27 April 2017 | 13:00 WIB

Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal PPMD Kementerian Desa PDTT Erani Ahmad Yustika menjelaskan, sekitar lima puluh tahun yang lalu penyangga utama ekonomi nasional adalah sektor pertanian. Namun seiring dengan perkembangan zaman, sektor pertanian hanya menyumbang sekitar lima belas persen.

“(dulu) Ekonomi pertanian kita menyumbang tujuh puluh persen perekonomian nasional. Sekarang tinggal lima belas persen. Dulu pertanian menyerap tujuh puluh sampai tujuh puluh lima persen tenaga kerja. Sekarang tinggal tiga puluh delapan persen,” kata Erani.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam acara Seminar dan Rapat Kerja bertemakan Peran Pesantren Untuk Penguatan Ekonomi Umat yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pesantren Nahdlatul (RMI NU) di Lantai 8 Gedung PBNU Jakarta, Kamis (27/4). 

Saat ini, jelas Erani, ada tiga sektor yang menjadi penyangga perekonomian nasional, yaitu sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pertanian. 

Terkait dengan perubahan-perubahan tersebut, ia meminta pesantren untuk mempersiapkan diri dan beradaptasi apabila pesantren ingin bisa menjadi agen penguatan ekonomi umat. “Sampai sejauh mana pesantren bisa adaptif terhadap perubahan tersebut,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, ada tiga hal yang seharusnya menjadi perhatian pesantren dalam menguatkan ekonomi umat. Pertama, jumlah pesantren itu sendiri. Baginya, pesantren NU yang jumlahnya dua puluh tiga ribu. Kedua, jumlah santrinya, yaitu sekitar empat juta santri bisa menjadi konsumen berdaya beli tinggi.

“Ini menjadi captive market dan memiliki daya beli tinggi apabila dikelola dengan baik,” ucapnya.

Ketiga, jaringan peantren. Menurut dia, pesantren itu bukan hanya santrinya saja, pesantren juga memiliki jaringan yang sangat luas seperti keluarga santri, masyarakat sekitar pesantren, hingga hubungan pesantren dengan pesantren lainnya. 

“Jaringan ini menjadi sangat penting (untuk menguatkan ekonomi umat),” katanya.

Untuk menguatkan ekonomi umat, Erani mengusulkan kepada pemangku pesantren untuk merumuskan dan mendisain model lembaga ekonomi seperti apa yang dipilih untuk menjadi lokomotif ekonomi pesantren. 

“Misalnya pesantren iuran untuk membuat bank. Kalau memiliki bank sendiri, itu akan menjadi pendorong ekonomi umat,” tegasnya.

Sebetulnya, imbuh Erany, pesantren memiliki peluang yang sangat besar dalam menguatkan ekonomi umat, tetapi mereka bekrja sendiri-sendiri. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)