Nasional

Tumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Buku Cerita Rakyat

Rab, 17 Juli 2019 | 05:00 WIB

Tumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini Lewat Buku Cerita Rakyat

Kepala BLAJ Nurudin Sulaiman (kedua dari kiri). (Foto: Aris WN)

Jakarta, NU Online
Ketersediaan buku-buku berkualitas memiliki peranan penting dalam menumbuhkan minat baca, khususnya untuk anak usia dini. Mencermati hal tersebut, Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Balitbang Kemenag RI kemudian menyusun buku cerita untuk anak usia dini yang bersumber dari cerita rakyat.

Kepala BLAJ Nurudin Sulaiman mengatakan, penyusunan tersebut merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan BLAJ dua tahun silam. Pada 2017, para peneliti BLAJ telah melakukan riset mengenai nilai-nilai pendidikan agama dalam cerita rakyat.

“Kami mengkaji sekitar sembilan cerita rakyat di enam provinsi di Indonesia barat. Kami berharap, buku ini bisa menumbuhkan minat baca anak yang mulai menurun,” ujar Nurudin saat membuka resmi kegiatan Penyusunan Draf Awal Penyusunan Buku Cerita Rakyat bagi Anak Usia Dini di Jakarta, Senin (15/7).

Menurut dia, penyusunan buku cerita rakyat bagi anak usia dini ini menjadi langkah penting untuk menyelamatkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat. “Kegiatan ini sekaligus menjadi rangkaian dari penelitian tersebut,” tandas Nurudin.

Ia menambahkan, apa yang dilakukan BLAJ bukan hanya menghimpun cerita rakyat. Akan tetapi, di dalamnya terdapat proses pembelajaran untuk para peneliti bagaimana menulis ulang cerita rakyat dan menyusunnya kembali. Selain itu, memberikan porsi kepada karya-karya fiksi keagamaan yang secara nyata punya efek positif bagi peserta didik.

“Ini jadi trigger (pemicu) bagi para penulis karya fiksi keagamaan atau cerita rakyat agar lebih kreatif lagi untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan kita, yaitu tercapainya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa,” tegas doktor jebolan UI ini.

Dari sisi pemangku kebijakan, lanjut dia, juga harus muncul political will (kemauan politik) untuk menyediakan sumber-sumber infomasi dan sumber pembelajaran yang berimbang. Artinya, yang berimbang itu pendekatannya bukan hanya yang ilmiah. Tetapi, juga yang fiksi (cerita-cerita rakyat).

“Ini perlu ditulis ulang kemudian disajikan kepada anak-anak usia dini. Hal ini tentu sangat positif sekaligus memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak,” kata Nurudin di hadapan sekitar 70 peserta perwakilan dari beberapa perguruan tinggi dan komunitas pegiat buku anak-anak.

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Murti Bunanta, yang hadir sebagai narasumber mengatakan apa yang dilakukan BLAJ adalah langkah yang baik untuk meluaskan wawasan, khususnya keagamaan. Bahwa agama tidak hanya mengajarkan dogma agama atau pengetahuan agama saja seperti membaca Al-Quran, tapi juga mengajarkan moral agama.

“Dalam cerita anak, sebetulnya kita mengajarkan sesuatu namun dengan cara yang menghibur. Pelajaran budi pekerti biasanya ada di cerita rakyat atau manuskrip. Sebenarnya, cerita anak banyak macam ragam. Tetapi kebanyakan memang ke arah mengajarkan budi pekerti,” ujar Murti.

Pelajaran budi pekerti, lanjut dia, harusnya tidak menjadi porsi utama. Artinya, berimbang dengan buku-buku jenis lain. “Misalnya tentang ilmu pengetahuan atau sejarah itu harus ada juga dalam buku cerita anak,” kata Murti Bunanta yang juga pendiri dan ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) ini.

Ia menambahkan, tantangan membuat cerita anak harus mempunyai pengetahuan bagaimana menulis cerita yang bagus. Intinya, harus tahu lebih dahulu  cerita apa yang akan diangkat. “Apakah akan menulis cerita keagamaan, cerita rakyat, tentang sejarah. Karena masing-masing memiliki pakem tulisan yang berbeda,” pungkas Murti. (Aris W Nuraharjo/Musthofa Asrori)