Nasional

Tragedi Rohingya, PBNU: Buat Apa Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi

Ahad, 3 September 2017 | 06:04 WIB

Tragedi Rohingya, PBNU: Buat Apa Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi

Ketua PBNU H. Robikin Emhas (foto: Ahmad Labieb)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengatakan, selain bantuan kemanusiaan, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah diplomatik yang meyakinkan guna menghentikan tragedi kemanusiaan yang terjadi pada etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar. 

“Semua itu didasarkan semata pertimbangan kemanusiaan, sesuai kaidah politik bebas-aktif,” katanya di Jakarta, Ahad (3/9).

Menurut laporan utusan PBNU yang tergabung dalam misi kemanusiaan, lanjutnya, Indonesia adalah satu-satunya negara yg dipercaya dan diizinkan oleh Pemerintah Myanmar untuk melakukan kegiatan kemanusiaan di negara itu. Indonesia harus mengoptimalkan kepercayaan itu.

Namun, kata dia, masyarakat Indonesia tidak perlu terpancing dan mengusik harmoni di tengah keragaman yang ada di Indonesia. Jangan ada yang berusaha menghentikan kekerasan dengan kekerasan, apalagi dengan mendompleng isu agama. 

“Saya memandang, terjadinya tragedi kemanusiaan akibat kekerasan justru karena tidak hadirnya agama dalam kehidupan bersama. Sebab, selain tentang tauhid, pesan penting lain dari agama adalah terwujudnya perdamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelasnya. 

Ia juga mengkritisi Nobel perdamaian yang dimiliki pemimpin negara tersebut Aung San Suu Kyi. "Untuk apa Nobel Perdamaian dipertahankan jika perdamaian di depan mata dikoyak dan hanya berpangku tangan?" pungkas Robikin atas tuntutan pencabutan Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. (Red: Abdullah Alawi)