Nasional

Tokoh NU Sunda, Enas Mabarti Wafat

NU Online  ·  Senin, 14 April 2014 | 00:00 WIB

Garut, NU Online
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah wafat, Drs.H.Enas Mabarti (72 taun) pada Ahad (13/4). Enas Mabarti adalah Ketua PCNU Kabupaten Garut (1987-1999), Ketua DPC PKB (1999-2004). Juga terkenal sebagai penulis, pelestari lingkungan, pendidik, dan politikus.
<>
Sebagai penulis (dalam bahasa Sunda), Enas telah menghasilkan beberapa karya yang telah diterbitkan menjadi buku, yaitu “Gunem Rencep Sidem” (Percakapan Sunyi Sepi). Terbit tahun 2004. Buku itu sebuah prosa liris yang mengungkapkan kecintaan dan kerinduan kepada Rasulullah Saw.

Nampaknya, Enas ingin melanjutkan tradisi puisi “mahabbah” model Syekh Barjanzi dan Bushiri (penulis “Burdah”). Buku tersebut diberi prolog oleh Hawe Setiawan, dan epilog dari saya. Novelnya berdjudul “Srie Sunarsasi” ditulis tahun 1974, dimuat bersambung di majalah Sunda “Mangle”. Diterbitkan tahun 2013. Mengisahkan percintaan terpendam dua aktivis mahasiswa Islam. Penuh renungan batin, suka duka, dan harapan, di tengah suasana panas menjelang peristiwa “G-30-S/PKI, tahun 1965, di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Enas yang “nyantri” di Krapyak selama kuliah di UII, mengungkap peran santri dan kiai dalam menghadapi intrik-intrik PKI.Termasuk peran spektatuler KH Warson Munawir (waktu itu Ketua GP Ansor Yogya) menyatukan kekuatan mahasiswa Islam dan “menyelamatkan” HMI dari pengganyangan CGMI (organ mahasiswa PKI).

Novel ini kaya unsur sejarah Indonesia kontemporer. Sebuah hal langka dalam dunia sastra Sunda. Karya lain, buku “Elmu Politik keur Warga NU” (Pendidikan Politik Bagi Warga NU), terbit tahun 2003. Berisi pemikiran Enas selama dipercaya menjadi Ketua PCNU Kabupaten Garut. Saya sendiri mendapat kehormatan memberi kata pengantar buku tersebut.

Sebagai pendidik, Enas pernah menjadi guru pada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) “Ar Rahim” Garut, yang berada di bawah naungan LP Ma’arif (1976-1987). Mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesejaahteraan Sosial (STKS), kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP). Bersama Prof.Cecep Syarifuddin (Alm), STISIP menjadi cikal bakal Universitas Garut (UNIGA) sekarang.

Sebagai politikus, tahun 1977-1982, menjadi anggota DPRD Kabupaten Garut dari PPP (unsur NU). Setelah amal istirahat dari politik, Enas fokus mengurus NU. Namun, seiring reformasi yang diikuti kelahiran partai-partai baru, sebagai Ketua PCNU, Enas otomatis menjadi Ketua DPC PKB Garut. Kedudukannya itu,membawa Enas kembali ke DPRD Garut hasil Pemilu 1999. Waktu itu PKB mendapat lima kursi di situ. Hingga tahun 2004, kembali “pensiun” dari dunia politik, dan bersiap-siap menekuni kembali dunia tulis-menulis.

Sebagai pelestari lingkungan, Enas banyak membagikan bibit pohon kayu gratis kepada warga NU di desa-desa. Bahkan, puluhan jenis kayu hutan yang langka, sebagian dikirimkan kepada budayawan terkenal Ajip Rosidi yang bermukim di Pabelan, Magelang. Halaman rumah Ajip Rosidi yang luas,rimbun hijau berkat pohon kayu kiriman Enas.

Selamat jalan,Kang Enas. Semoga iman, Islam dan amal soleh Akang, diterima di sisi Allah SWT. (Usep Romli HM)