Tidak Dianjurkan, Berhaji dengan Menjual Aset
NU Online · Jumat, 26 Oktober 2012 | 01:08 WIB
Jakarta, NU Online
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang didalamnya telah tercakup berbagai macam jenis ibadah, pengucapan, fisik, sampai dengan harta. Karena itulah haji menjadi penyempurna dari rukun Islam yang lima.<>
Dengan statusnya yang demikian, semua umat Islam bercita-cita untuk menunaikan ibadah ini. Tak heran, mereka yang sudah menunaikan ibadah ini mendapat gelar “Haji”. Di Indonesia, mengingat posisinya yang jauh dari Masjidil Haram, dibutuhkan biaya yang besar. Untungnya, haji hanya diwajibkan bagi yang mampu, baik untuk biaya perjalanan atau untuk biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan.
“Bagi yang memang belum mampu, jangan sampai memaksakan diri, apalagi sampai menjual asetnya, sawahnya atau harta lain yang produktif untuk menghidupi keluarganya,” kata KH Muhaimin Zein, ketua Jamiyyatul Qurra wal Huffadz dalam khotbah Idul Adha di halaman gedung PBNU, Jum’at (26/10).
Tetapi bagi mereka yang sudah mampu, jangan pula menunda-nunda melaksanakan kewajiban ini. “Kita tidak tahu sampai kapan umur kita. Kalau sudah mampu, segera daftarkan diri selagi masih muda dan sehat,” tandasnya.
Dalam perayaan Idul Adha ini, bagi mereka yang belum mampu melaksanakan haji dianjurkan untuk berkurban sesuai kemampuannya, bisa sapi atau kambing.
Ia menjelaskan, syariat berkurban telah dimulai sejak zaman nabi Adam, ketika Allah memerintahkan Kobil dan Habil, dua-duanya putra Adam, untuk mengurbankan sebagian hartanya. Kobil mengorbankan hasil pertaniannya yang jelek-jelek sementara Habil mengurbankan hasil ternaknya yang bagus-bagus sehingga ia yang diterima.
Perintah kurban juga diberikan kepada Nabi Ibrahim dengan menguji untuk menyembelih putranya Ismail. Setan menggoda Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar, ibu Islamil, tetapi mereka yakin akan kebenaran perintah Allah ini sehingga Allah akhirnya menggantikan dengan domba sesaat sebelum Ibrahim menyembelih Ismail.
Al Qur’an juga memerintahkan umat Nabi Muhammad untuk berkurban yang didalamnya banyak terkandung makna, baik ketakwaan kepada Allah maupun kepedulian kepada masyarakat sekitarnya.
Penulis: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua