Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Kamaruddin Amin berpendapat, pendidikan agama telah berkontribusi untuk menjadikan Indonesia seperti saat ini yakni negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan memiliki ekonomi yang stabil. Baginya, kalau tidak ada pendidikan agama yang moderat di lembaga pendidikan, Indonesia bisa menjadi negara dengan pemahaman keagamaan yang ekstrim.
“Secara inheren memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara ultra konservatif dengan jumlah muslim yang begitu besar. Bisa juga liberal,” katanya di Jakarta, Selasa (8/11).
Namun hal itu tidak terjadi karena pengajaran agama di Indonesia baik di sekolah, pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi berhasil menciptakan infrastruktur sosial yang sangat kuat dan mengajarkan paham keagamaan yang moderat.
Menurut Kamaruddin, pendidikan agama masih penting diajarkan di sekolah-sekolah. Hal itu untuk memberikan pemahaman kepada siswa-siswi agar mereka tahu bagaimana cara beragama dalam masyarakat yang majemuk.
“Dan bagaimana cara berbangsa dan bernegara dalam konteks Indonesia yang religius,” katanya.
Meski demikian, ia mengakui bahwa lembaga pendidikan agama masih memiliki banyak kelemahan yang harus segera diatasi seperti meningkatkan kualitas guru yang profesional dan kompeten, menambah jam pelajaran, memperbaiki kurikulum, dan menyediakan sumber-sumber bacaan yang memadahi. (Muchlishon Rochmat)