Nasional

Tasawuf Dapat Menjadi Gerbang Keberislaman Generasi Muda

Ahad, 19 September 2021 | 23:00 WIB

Tasawuf Dapat Menjadi Gerbang Keberislaman Generasi Muda

Ilustrasi: Generasi saat ini perlu didekatkan kepada kalangan muda karena dapat menjadi gerbang menuju keberislaman yang penuh cinta dan belum sempurna.

Jakarta, NU Online
Pendakwah muda, Habib Husein Ja’far al Hadar menyampaikan bahwa tasawuf dapat menjadi gerbang menuju keberislaman yang penuh cinta dan belum sempurna terjamah oleh generasi muda Indonesia. Hal inilah, kata dia, yang mendorongnya mengupayakan agar tasawuf lebih familiar di kalangan muda Indonesia. 

 

Habib kelahiran Bondowoso Jawa Timur itu mengatakan, tak ada yang salah dengan generasi muda yang menaruh minat belajar Islam pada kajian fiqih. Hanya saja, hal ini ia sayangkan lantaran melihat fakta di lapangan bahwa kelompok anak muda yang terlalu fiqih sentris (berfokus pada fiqih), cenderung kurang lentur dan mentok pada tataran Islam secara ritualistik. Menurutnya, pendekatan tasawuf perlu mengiringi proses belajar mereka. 

 

"Fiqih tanpa pendekatan tasawuf itu bisa mendidik seseorang yang pola pikirnya fiqih sentris belaka. Pentinnya tasawuf adalah memberikan nuansa kelenturan bagi pemahaman fiqih kita, sehingga tidak selamanya hitam putih. Bisa lebih melihat, bukan hanya menghukumi, tapi juga merangkul dalam dakwah," ujarnya saat mengisi diskusi ‘Cinta Manusia dan Semesta dalam Ajaran Tasawuf’, Sabtu (18/9/2021).


Menyentuh banyak sisi

Ia menjelaskan mengapa tasawuf perlu menjadi fokus pembelajaran keberislaman generasi muda selain fiqih. Pertama, tasawuf dapat menyentuh sisi emosional. Tasawuf mengajarkan manusia untuk berintrospeksi diri. Menurutnya, pendekatan ini cukup efektif agar anak muda dapat memahami nilai-nilai Islam melalui sudut pandang baru.

 

Kedua, akhlak. Menurutnya tasawuf juga menekankan pada aspek akhlak yang merupakan ujung tombak Islam sedari awal datangnya. Ketiga, filosofis. Nilai-nilai filosofis yang tasawuf sampai dikemas untuk tidak menggurui, dan hadir sebagai sahabat. Keempat, selalu berhati-hati dalam menilai orang lain. Tasawuf berupaya untuk tidak semata-mata menghukumi.

 

Kelima, solutif. Tasawuf memberi solusi bukan hanya menghukumi. Keenam, akomodatif.  Tasawuf merangkul dan tidak membangun jarak. Seberapa buruk orang itu pasti tetap dirangkul. Ketujuh, moderat dan toleran. Tasawuf bermoderat dan toleran terhadap berbagai pilihan. Karena ia berorientasi pada spiritualitas, tidak hitam-putihnya agama. Terakhir, kerendahan hati. Tasawuf bekerja dengan mengetuk hati. 

 

"Seseorang yang tidak menyampaikan sesuatu dari hatinya tidak akan sampai kepada hati orang lain. Dan kerendahan hati itu penting," kata pendakwah milenial itu.

 

Pendekatan tasawuf menghadirkan aspek humanis dalam Islam. Menurutnya, tasawuf menjadi penting untuk mengambil porsi minat anak muda dalam pembelajaran Islam. Di sisi lain, tasawuf sendiri belumlah familiar di kalangan muda. Berangkat dari hal tersebut Habib Ja’far menggunakan istilah Islam Cinta agar kajian tasawuf ini tidak asing bagi mereka. 

 

"Karena itu, tantangan ini saya coba siasati dengan mengubah tasawuf menjadi apa yang disebut Islam Cinta. Karena bagi saya, cinta adalah inti dari ajaran tasawuf itu sendiri dan itu jauh lebih diterima dan dipahami," ujar penulis buku Tuhan Ada di Hatimu tersebut.

 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan