Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Slamet Effendy Yusuf mengharapkan agar warga Nahdlyyin tidak terbawa arus dukung mendukung capres-cawapres secara berlebih-lebihan (tathorruf) sehingga mengabaikan prinsip keseimbangan dan jalan tengah yang mestinya menjadi sikap seorang warga NU itu sendiri.<>
"Terus terang saya sempat pangling (heran) dan tidak kenal apakah pernyataan yang keluar dari beberapa tokoh NU lokal maupun nasional itu bersumber dari ajaran NU atau bukan," katanya di Jakarta, Senin (23/6).
Menurut Slamet Effendy, tokoh-tokoh tersebut sepertinya kehilangan pegangan ketika terjebak kegairahan yang berlebihan dalam mendukung capres-cawapres tertentu. Mereka memuji berlebihan terhadap yang didukung dan mencela habis-habisan terhadap yang tidak didukung.
Mereka menggunakan dalil-dalil agama untuk itu. Seolah-olah Pilpres adalah perkara hidup mati faham keagamaan NU. "Padahal nggak ada hubungannya dengan NU, apalagi faham keagamaanya", katanya.
Ia mengharap situasi ini dapat diakhiri dengan sekali lagi menyadari bahwa NU adalah netral dalam setiap peristiwa politik praktis. NU tidak boleh menjadi organisasi partisan.
"Dalam Pilpres ini mari kita jadikan NU sebagai panutan dalam sikap kenegarawanan yang mengedepankan kemuliaan moral dan kejujuran dalam kehidupan kebangsaan Indonesia," harapnya. (Red: Anam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
Terkini
Lihat Semua