Nasional

Tak Berpolitik, Tapi NU Punya Tenaga Politik Besar

NU Online  ·  Kamis, 21 Februari 2013 | 01:00 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan masih mengandung tenaga politik. Sebagai ormas Islam terbesar, NU dinilai cukup efektif dalam menentukan arah kebijakan negara.

<>

Demikian disampaikan oleh Wakil Sekjen PBNU Abdul Mun‘im DZ di hadapan rombongan DPC salah satu partai politik di Mojokerto, Jawa Timur yang mengunjungi Kantor PBNU, jalan Kramat Raya nomor 164, Rabu (20/2) sore.

Bersama Ketua PP LAZISNU KH Masyhuri Malik, Abdul Mun‘im DZ mengatakan bahwa peran politik NU sebagai ormas masih diperhitungkan oleh pemerintah dan masyarakat di tengah turunnya kepercayaan publik terhadap partai politik dan lembaga negara.

Meskipun sekadar ormas keagamaan, NU memainkan peran politiknya dengan identitas keagamaan dan kemasyarakatannya. Misalnya, NU dalam Munas-Konbes NU 2012 lalu membahas persoalan mendasar bangsa Indonesia terkait UU migas, hukum mati koruptor, dan supremasi hukum, tambah Abdul Mun‘im DZ.

“Presiden RI memerlukan waktu dua hari dalam memantau jalannya Munas-Konbes NU yang bertajuk 'Kembali ke Khittah Indonesia 1945'. Baru kali ini sepanjang sejarah, Presiden RI menghadiri kegiatan Munas-Konbes NU,” ujar Mun‘im DZ.

Menurutnya, NU yang bergerak di wilayah keagamaan dan kemasyarakatan masih memiliki daya tarik politik. Bahkan, daya tariknya melebihi partai politik dan parlemen yang jelas agen politik praktis.

Sedangkan KH Masyhuri Malik di hadapan sedikitnya 33 kader partai itu menamakan gerakan politik NU kini sebagai politik kebangsaan. Karena, gerakan NU kini menyentuh titik kebangsaan yang menutut penyelesaian segera.

 

Penulis: Alhafiz Kurniawan