Nasional

Taj Yasin: Mbah Maimoen Ingin Wafat dan Dimakamkan di Makkah

Rab, 7 Agustus 2019 | 02:15 WIB

Taj Yasin: Mbah Maimoen Ingin Wafat dan Dimakamkan di Makkah

Wagub Jateng, H Taj Yasin

Semarang, NU Online
Salah satu putra almarhum KH Maimoen Zubair, H Taj Yasin Maimoen mengatakan, 
almarhum Mbah Moen sudah lama berkeinginan untuk meninggal di Mekah dan dimakamkan di tanah suci itu.
 
"Keinginan Mbah Moen wafat dan dimakamkan di Makkah sudah lama diutarakan kepada keluarga," ujar Taj Yasin yang juga putra almarhum KH Maimoen Zubair itu.
 
Dijelaskan, sebelum meninggal ayahnya senantiasa melantunkan shalawat khusus agar bisa wafat di Makkah dan dimakamkan di perkuburan Ma’la, Mekah. “Abah (Maimoen Zubair) selalu bershalawat supaya bisa meninggal dan dikuburkan di Mekah,” ujarnya Selasa (6/8).
 
Taj Yasin menuturkan, mengingat keinginan almarhum tersebut, maka rencana untuk membawa pulang jenazah ayahnya ke Indonesia untuk dimakamkan di kompleks Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang dibatalkan.
 
"Pihak keluarga sudah sepakat dan mengikhlaskan jenazah Mbah Moen panggilan akrab KH Maimoen Zubair untuk dimakamkan diperkuburan Ma’la, Makkah," jelasnya.
 
Pemakaman Ma’la yang berada di utara Masjidl Haram, Makkah Arab Saudi tempat dikuburkan buyut, paman, kakek, istri, dan keturunan Nabi Muhammad SAW.
 
Meski tidak jadi dimakamkan di Rembang, lanjutnya,  keluarga besarnya sudah melakukan berbagai persiapan di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. “Bersama para santri Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang dan sekitarnya menggelar shalat ghaib untuk almarhum Abah. 
 
Wafatnya KH Maimoen Zubair di Makkah Al Mukaromah, Selasa (6/8), membuat Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)  Wali Songo, Semarang  Prof Imam Taufiq berduka.
 
Imam Taufiq menuturkan, Keluarga Besar UIN Wali Songo sangat kehilangan poros bumi yang menjadi tiang keagamaan dan keindonesiaan dengan meningggalnya kiai kharismatik asal Sarang, Rembang itu.
 
Selain ulama, lanjutnya, mbah Moen panggilan akrab KH Maimoen Zubair juga seorang figur yang sejuk, arif, wira’i, dan penyebar kedamaian.
 
UIN Wali Songo sebagai kampus yang berbasis riset sangat mengapresiasi dan merasakan model dakwah Mbah Maimoen. Bahkan, tutur Imam, Mbah Maimoen pernah berpesan untuk UIN Wali Songo sekitar akhir Ramadhan lalu.
 
“Mbah Maimoen berpesan pada kami bahwa kampus UIN Wali Songo agar mempertahankan kajian Islam klasik dan menjaga Islam yang moderat,” tutur Imam Taufiq yang juga Pengasuh Pesantren Darul Falah Besongo Semarang.
 
Dikatakan, pesan Mbah Maimoen sangat tepat dengan visi kelembagaan kampus Islam ini, karena berkomitmen dalam melestarikan local wisdom dan meneguhkan arah moderasi untuk kemasyarakatan dan kebangsaan. (Samsul/Muiz)