Nasional

Syuriyah Pertimbangkan Sistem Ahwal untuk Muktamar

NU Online  ·  Kamis, 21 Februari 2013 | 05:33 WIB

Jakarta, NU Online
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Malik Madani mengatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan adanya pembaruan sistem rekrutmen pemimpin di NU baik di tingkat cabang, wilayah maupun pusat.
<>
”Saya lebih cenderung setuju dipergunakan ahlul halli wal aqdi (Ahwal) yang sudah dipraktikkan di Muktamar Situbondo. Itu lebih baik dibanding sistem pemilihan langsung yang seperti sekarang ini,” katanya, Rabu (20/2) petang.

Kiai Malik menilai, sistem Ahwal lebih menjanjikan hadirnya pemimpin-pemimpin NU yang memiliki kecakapan dan kredibilitas tinggi. Sebab, proses rekrutmen pada forum muktamar (untuk tingkat pusat) dan konferensi (tingkat wilayah dan cabang) dilakukan melalui tahap penyaringan yang ketat serta melibatkan orang-orang pilihan.

Konsep Ahwal, sambungnya, dapat ditemukan rujukannya pada gagasan sistem pengangkatan pemimpin yang dikenalkan Imam al-Mawardi.  Pemikir politik Islam abad pertengahan ini mengenalkan konsep ahlul imamah dan ahlul ikhtiar.

Ahlul imamah merupakan orang-orang yang layak menjadi pemimpin karena memenuhi syarat kecakapan  memikul amanah. ”Ada juga orang-orang yang memang layak untuk memilih calon imam dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Itulah yang dinamakan ahlul ikhtiyar,” imbuhnya.

Menurut Kiai Malik, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU yang kini hanya memberi peluang sistem pemilihan memang butuh peninjauan. Upaya tersebut untuk memelihara martabat NU dan meminimalkan pelanggaran etika setiap momen muktamar ataupun konferensi.

”Ini baru dalam proses pembicaraan (oleh syuriyah) karena kita prihatin dengan pola rekrutmen yang seperti sekarang ini yang sulit dibedakan antara partai politik dan jam’iyah diniyah ijtima'iyah (organisasi sosial keagamaan),” ujarnya.

 

Penulis: Mahbib Khoiron