Suara Emas Rainer Koibur Bawa Pesan Damai dari Tanah Papua
NU Online · Ahad, 8 September 2019 | 16:45 WIB
Di sana pulauku yang kupuja Tanah Papua, pulau indah. Hutan dan lautmu yang membisu selalu. Cenderawasih burung emas.
Gunung-gunung lembah lembah yang penuh misteri kan kupuja selalu keindahan alammu yang mempesona.
Kata-kata sederhana itu diperdengarkan lewat suara emas seorang putra Papua, Rainer Koibur. Dalam lagu karya sang kakek, Yance Rumbia, suara emas Rainer dapat dinikmati melalui unggahan 164 Chanel pada kanal YouTube https://www.youtube.com/watch?v=8oKv5Zm5Yf8.
Proses produksi lagu tersebut terlaksana berkat kerja sama 164 Channel, Radio Nahdlatul Ulama (NU), Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU), dan Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU.
“Sungguh kuasa Allah yang telah mempertemukan kami. Seorang sahabat mempertemukan kami dengan saudara putra asli Papua, Bapak Sam dan putranya Rainer Koibur beserta keluarganya, memiliki keinginan yang teramat sangat mulia. Ia ingin merekam kembali karya kakeknya yaitu Yance Rumbina, ayah dari Bapak Sam dan kakek Rainer,” kata Wakil Sekretaris Lesbumi PBNU, Sastro Adi.
Menurut Gus Sastro, yang juga berperan sebagai arranger, penata musik, dan pengarah vokal pada lagu tersebut, Sam dan ayahnya sangat ingin memperdengarkan kepada saudara-saudara mereka di Papua. Juga, mereka ingin menyampaikan doa, harapan, dan pesan damai atas pelajaran sangat berharga yang belakangan ini terjadi di Papua.
“Lagu ini adalah bahasa terdalam kami saudaramu, dengarkan dengan khidmat, resapi dan jika ada air mata. Semoga doa kita semua mengalir seperti air mata tersebut dan damai,” imbuh Gus Sastro.
Hal yang menarik lagi, kata Gus Sastro, Yance Rumbino sangat dekat dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Bagi mereka Gus Dur adalah bapak mereka. Kebijaksanaan yang luar biasa Gus Dur telah menunjukkan sebagai Bapak Bangsa,” katanya.
Proses perekaman lagu tersebut, berlalu sejak dua puluh tahun setelah lagu ini dibuat. “Dan Bapak Sam sangat bersyukur ternyata kali ini mereka dipertemukan dengan kita yang berkhidmat di NU, santri-santri dari guru kami, Gus Dur,” ujar Gus Sastro.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Muchlishon
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
3
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
4
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
5
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
6
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
Terkini
Lihat Semua