Jakarta, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta turut prihatin dengan arus deras liberalisme dan ekstrimisme agama yang melanda sejumlah perguruan tinggi, tak terkecuali kampus-kampus berbasis nahdliyin. Menghadapi kondisi ini, STAINU kini tengah bergiat menghidupkan kembali tradisi-tradisi positif keaswajaan yang keberadaannya dirasakan kian terkikis.<>
āKami dari pihak STAINU merasakan adanya pergeseran perilaku di beberapa perguruan tinggi. Sehingga perlu ada upaya memulihkan kembali tradisi-tradisi positif yang NU punya,ā tegas Ketua STAINU Jakarta KH Mujib Qulyubi kepada NU Online, Rabu (25/4).
Oleh karena itu, kata Mujib, STAINU Jakarta bertekad untuk fokus merumuskan dan melaksanakan sejumlah program yang terkait dengan persoalan ini. Di antara agenda yang dilakukan meliputi usaha membangkitkan kembali sejumlah nilai dan kultur pendidikan yang lazim di pesantren, seperti kesederhanaan, penghormatan kepada ilmu dan ulama, serta ketersambungan sanad keilmuan.
Katib Syuriah PBNU ini juga menjelaskan tentang pentingnya praktik-praktik ritual Nahdliyin yang akhir-akhir ini tak luput pula dari penggerusan. Praktik-praktik yang dimaksud adalah aurad, ahzab, rawatib, manaqib, maulid, dan istighasah. āKami menyebut ini semua dengan singkatan Arumanis,ā terangnya.
Seperti diketahui, STAINU Jakarta baru saja menyelenggarakan acara pengijazahan atau penyambungan sanad dari Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh kepada para mahasiswa dan dosen STAINU Jakarta. Kiai Sahal dalam kesempatan ini memberikan ijazah tiga sanad hadits musalsal, yaitu al-musalsal bil awwaliyah, al-musalsal bi qiraaāah ayatil kursi, dan al-musalsal bil mahabbah.
āSaya kira ini baru ada di STAINU. Kampus-kampus lain belum melakukannya,ā imbuhnya.
Ditambahkan, STAINU Jakarta juga sedang mendorong para mahasiswanya Ā dapat bangkit di bidang kewirausahaan. Hal ini dipacu untuk menghindari inovasi dan kreatifitas berprofesi yang kurang dari para sarjana setelah lulus dari kampus.Ā
āMahasiswa harus bisa mandiri. Jadi entrepreneur. Kalau di PAI (Pendidikan Agama Islam), tidak mesti jadi guru, tapi juga bisa buka usaha lain,ā tandas Mujib.
Ā
Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis Ā Ā : Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua