Nasional

Soal Tuduhan Syirik terhadap Tradisi Sedekah Laut

Sen, 15 Oktober 2018 | 06:15 WIB

Soal Tuduhan Syirik terhadap Tradisi Sedekah Laut

Bukti spanduk (Foto: detikcom)

Jakarta, NU Online
Sejumlah pihak menyayangkan terhadap kasus perusakan beberapa properti dalam persiapan tradisi sedekah laut di Pantai Baru, Bantul oleh sekelompok orang. Sambil mengobrak-abrik lokasi, Jumat (12/10) malam, sekelompok orang itu mengatakan bahwa tradisi sedekah laut syirik dan bertentangan dengan agama.

Terkait tuduhan tersebut, Ketua Lesbumi PBNU 2010-2015 Zastrouw Al-Ngatawi menegaskan bahwa pernyataan kemusyrikan berbalut budaya merupakan cara pandang yang distortif dan simplistis.

“Ini bentuk pemelintiran ajaran dan nilai dalam kebudayaan. Karena banyak nilai-nilai religius dan ajaran tauhid  yang ada di balik kebudayaan dan tradisi,” ujar Zastrouw kepada NU Online, Senin (15/10).


Pimpinan Grup Musik Religi Ki Ageng Ganjur tersebut coba mengorelasikan dengan unsur kehidupan lain. Karena menurutnya, justru sumber kemusyrikan itu ada pada budaya kapitalisme.

“Banyak orang yang jadi musyrik karena uang, banyak yang jadi murtad karena materi. Berapa banyak orang yang sekarang menuhankan harta dan jabatan,” jelasnya.

Tapi, menurut Zastrouw, mengapa mereka justru menutup mata pada hal-hal tersebut yang jelas menyebabkan kemusyrikan.

“Kalau memang mereka mau jaga akidah dan melawan kemusyrikan, mestinya mereka merusak uang dan jabatan yang sudah jelas-jelas bikin musyrik,” tegasnya.

Jadi slogan itu (kesyirikan berbalut budaya), kata Zastrouw, jelas bentuk kemunafikan dan pengalihan perhatian. Menurutnya, mereka malah sibuk dengan uang dan jabatan yang jelas-jelas mejadi sumber kemusyrikan.

“Dan menjadikan tradisi dan budaya sebagai kambing hitam untuk dipersekusi. Dengan cara ini, mereka bisa menyembunyikan wajah dan ambisi mereka yang culas,” ungkapnya.

Menurut keterangan warga sekitar Pantai Baru, kelompok yang melakukan perusakan tersebut sempat memasang sebuah spanduk di sekitar lokasi. Spanduk itu bertuliskan 'Kami menolak semua kesyirikan berbalut budaya, sedekah laut atau selainnya'. (Fathoni)