Nasional

Sewindu Haul Gus Dur, Saatnya Melanjutkan Keteladanan

NU Online  ·  Ahad, 21 Januari 2018 | 11:01 WIB

Yogyakarta, NU Online
Sudah delapan tahun KH Abdurrahman Wahid berpulang. Bangsa Indonesia sangat merindukan sosok kiai penuh humor itu. Masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam kepanitiaan bersama 60 organisasi, jaringan, dan komunitas bersama menggelar acara peringatan Sewindu Haul Gus Dur di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (20/1).

Gus Dur sebagai seorang tokoh bangsa telah memberikan teladan kepada bangsa Indonesia. Dengan acara haul Gus Dur, bukan suatu pengkultusan, tetapi dalam rangka mengambil hikmah dan pelajaran penting dari sosoknya.

“Gus Dur telah meneladankan. Kita tinggal melanjutkan,” kata Fahrur Rifai, Ketua Panitia Tahlil Kebangsaan dan Parade Shalawat Sewindu Haul Gus Dur.

Katib Syuriyah PWNU Yogyakarta KH Hasan dalam sambutannya bercerita bahwa ia pernah mencari dalil dawuhnya Gus Dur. Ketua Umum PBNU 1984-1999 itu pernah ngendika, “Orang yang mencintai manusia adalah mencintai penciptanya. (Orang) yang merendahkan dan menistakan manusia adalah merendahkan dan menistakan penciptanya,” katanya.

Setelah lima tahun berlalu usai dawuh yang diucapkan sekitar mula Reformasi itu, Kiai Hasan menemukan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bazza, tidak akan masuk surga kecuali orang yang memiliki kasih sayang. Lalu para sahabat Nabi menjawab, “Kami semua adalah penyayang.”

Nabi pun langsung menimpali, bahwa kasih sayang itu bukan sekadar ditujukan kepada saudara ataupun istri dan anak, tetapi terhadap seluruh manusia.

“Yang aku maksudkan Anda memberikan kasih sayang bukan kasih sayang kepada saudara Anda, istri anda, anak anda. Sesungguhnya kasih sayang adalah menyayangi semua manusia,” kata Kiai Hasan menerjemahkan haditsnya.

Kiai Hasan mengutip kitab Al-Futuhat Al-Madaniyah. Di dalamnya, Syekh Nawawi mengomentari hadits tersebut, bahwa “Manusia wajib menyayangi semua makhluk karena mereka adalah hamba-hamba Allah, meskipun mereka durhaka,” katanya.

“Yang paling penting adalah bagaimana kita meneladani amal baik yang sudah terbukti baik karena ia sudah menutup buku perjuangannya dengan ditandai sowan beliau ke hadirat Allah SWT,” katanya.

Ketika banyak orang menggunakan agama untuk memecah belah bangsa, Gus Dur sebaliknya, ia menjadikan agama untuk menyatukan bangsa.

“Gus Dur berhasil merealisasikan fungsi agama sebagai pemersatu bangsa,” kata Syahiran mewakili Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kegiatan ini juga diisi oleh Ketua Lesbumi Yogyakarta Awaluddin Muallif dan Ketua PW Fatayat Yogyakarta Rindang Fariha. Keduanya didaulat untuk membacakan puisi.

Putri Pertama Gus Dur Alisa Wahid sebelum menyampaikan testiominya juga membacakan puisi karya adiknya, Inayah Wahid. Dalam testimoninya, ia bercerita banyak hal. Salah satunya, kisah biduk rumah tangga ayah dan ibunya.

Haul Gus Dur tahun ini diawali pembacaan maulid dan shalawat. Di tengah kegiatan juga diisi tahlil yang dipimpin oleh Rais Syuriyah PWNU DI Yogyakarta KH Masud Masduqi. (Syakirnf/Alhafiz K)