Nasional

Sastrawan: NU Mesti Bersihkan Image Islam “Keras”

NU Online  ·  Sabtu, 11 Februari 2017 | 12:03 WIB

Jakarta, NU Online 
Sastrawan Seno Gumira Ajidarma mengusulkan peran-peran yang harus dijalankan NU saat ini. Menurut dia, NU mesti mencegah, melawan, dan menjelaskan segala sesuatu yang sekarang ini membingungkan banyak orang. 

“Image Islam yang keras, saya kira bisa dibersihkan oleh NU,” katanya selepas menjadi narasumber Ngaji Film dan Sejarah dalam rangka peringatan harlah ke-91 NU yang berlangsung di gedung PBNU, Jakarta, Senin (30/1). 

NU, menurut dia, berpotensi melakukan itu asal punya asal menjadi policy (kebijakan). Serta bergerak dengan anggun, yaitu dengan intelektual, wawasan, konstruktif, lalu menjelaskan keislaman yang benar. Hal itu harus dilakukan NU agar orang tidak pesismis terhadap Islam. 

“Kalau yang ngomong orang NU kan menjadi sah. Kenapa? Karena dia orang yang mengerti agama. Dia harus bicara. Semua orang menunggu-nunggu kenapa intelektual Islam diam saja. Kenapa organisasi Islam diam saja. Menunggu-menunggu,” jelas pria yang dikenal sebagai wartawan, penulis, fotografer, dan kritikus film itu. 

Jika diam dan tak dijelaskan, lanjut penulis Nagabumi itu, berita bohong akan menjadi kebenaran. Kebenaran yang awalnya dari kebohongan tersebut, disebabkan tidak ada alternatif lain, orang atau bacaan yang menjelaskan tentang kebenaran. Oleh karena itu, NU harus masuk kepada media baru. 

“NU didirikan kan untuk syiar Islam. Sekarang medianya sudah ada untuk menggandakan itu, tidak tergantung satu juru bicara, tidak tergantung satu da’i-da’i berbakat. Capek kan kalau orang ngomong terus. Kita tunggu.”

Penulis Atas Nama Malam ini mengaku menunggu Islam sebagai wacana kecerdasan dan pembelaan terhadap yang lemah, termasuk yang lemah pikirannya. 

“Nah, policynya saya kilik-kilik nih, sudah waktunya, sebelum semua orang bertambah bodoh,” pungkas pria kelahiran Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. (Abdullah Alawi)