Nasional

Saat Gus Dur Anulir Inpres Soeharto soal Etnis Tionghoa

Sel, 5 Februari 2019 | 05:15 WIB

Saat Gus Dur Anulir Inpres Soeharto soal Etnis Tionghoa

Gus Dur dan Masyarakat Tionghoa (ist)

Jakarta, NU Online
Setiap perayaan Hari Raya Imlek, kaum Tionghoa mengungkapkan syukur dan terima kasih kepada sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan memasang foto Gus Dur di altar vihara atau klenteng.

Gus Dur yang dianggap sebagai Bapak Tionghoa Indonesia ini merupakan tokoh yang berjasa karena telah menganulir Inpres No 14/1967 yang dikeluarkan oleh Soeharto. Dalam inpres tersebut, perayaan imlek dan budaya Tionghoa lainnya dilarang di Indonesia.

Menurut catatan Tirto, pada masa penjajahan Jepang (Nippon), pertama kali imlek dijadikan hari libur untuk mengikis pengaruh Belanda pada etnis Tionghoa di Indonesia. Keputusan hari libur tersebut tertuang dalam Keputusan Osamu Seirei No 26/1942.

Pada era Orde Baru, perayaan hari raya imlek maupun yang berkaitan dengan tradisi dan budaya China dilarang berdasarkan Inpres No 14/1967. Inpres tersebut dikeluarkan oleh Soeharto. Keputusan tersebut membuat kaum Tionghoa merayakan imlek secara sembunyi-sembunyi selama 32 tahun.

Ketika kepemimpinan Soeharto lengser pada 1998, masuk era baru yakni era Reformasi. Gus Dur menjadi Presiden Indonesia pertama di era Reformasi. Cucu KH Hasyim Asy’ari ini langsung menganulir Inpres Soeharto yang mendiskriminasi kaum Tionghoa dan menggantinya dengan Inpres No 6/2000.

Baru ketika Megawati Soekarnoputri menduduki kursi Presiden RI, ia menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional melalui Keppres No 19/2002.

Saat ini, ungkapan syukur dan terima kasih atas jasa-jasa Gus Dur tersebut menjadi trending topic di media sosial twitter. Hari Raya Imlek diungkapkan oleh warganet dengan menuliskan tagar #TerimakasihGusDur.

“Sebelumnya selama puluhan tahun, penganut Kong Hu Cu tak bisa sepenuhnya mengklaim hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia, karena agamanya tak diakui. Di masa Gus Dur lah penganut Kong Hu Cu mendapatkan hak-hak asasi-nya,” ungkap netizen bernama Anna Tasya dengan menyematkan #TerimakasihGusDur.

“Tidak bisa membayangkan menjalani hidup sebagai masyarakat Tionghoa yang selama 30 tahun seolah terpasung, tidak bisa merasakan nikmatnya perayaan Imlek secara bebas. Kemudian Gus Dur memberikan banyak pembaharuan. #TerimakasihGusDur,” ucap Fevtri Sjahrir.

“Selamat Tahun Baru Imlek kawan-kawan Tionghoa ku. #TerimakasihGusDur telah membuka ruang bagi kebudayaan Tionghoa, membuat Indonesia semakin bewarna dalam keberagaman,” ujar Andreas Vallen.

Perayaan Imlek pada 2019 ini telah memasuki tahun 2570 dalam kalender China. Imlek juga diidentikkan dengan simbol-simbol hewan (shio). Pada perayaan Imlek 2570 ini merupakan tahun babi tanah. (Fathoni)