Pacitan, NU Online
Bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa Kabupaten Pacitan pada 28 November 2017 mendapat respon cepat dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebagai wujud kepedulian atas penderitaan sesama, Banser Tanggap Bencana atau Bagana segera memberikan bantuan untuk para korban.
Kepala Satuan Koordinasi Wilayah (Kasatkorwil) Banser Jawa Timur HM Syafiq Syauqi mengatakan, aparat kepolisian, TNI, relawan bencana, dan Banser ikut serta bergerak membantu evakuasi warga terdampak bencana Pacitan.
āSejak terjadi longsor, Banser Tanggap Bencana (Bagana) dan Ansor Pacitan sebanyak 75 personel sudah bergerak dan tersebar di semua titik lokasi bencana,ā kata Syafiq, Sabtu (2/12).
"Jumat sore personel tambahan juga telah berangkat dengan membawa peralatan dan dua truk bantuan untuk korban bencana, siang ini tim Banser Husada/kesehatan (Basada) akan berangkat ke Pacitan guna men-support tenaga medis di posko-posko yang ada," terangnya pada wartawan.
Menurut Komandan Banser Jatim ini, bersama aparat setempat dan relawan lain, Banser melakukan koordinasi serta pembagian tugas. āDi antaranya membantu mengatur lalu lintas, mengevakusi korban, serta membantu mendirikan posko dan pos pengungsian,ā jelasnya.Ā
"Kami siagakan tim khusus Banser di sekitar Pacitan (Ponorogo, Magetan, Trenggalek, Ngawi dan Tulungagung) untuk selalu stand-byĀ untuk siap sedia bila sewaktu-waktu diperlukan untuk mensupport pasukan di Pacitan dan daerah lain," ujarnya.
Jumlah korban banjir, berdasarkan keterangan Komandan Tanggap Darurat Bencana Pacitan, Letkol Kav Aristoteles Hengkeng Nusa Lawitang, meningkat. Hingga Jumat (1/12), data korban banjirĀ yang disebabkan oleh Siklon Tropis Cempaka ini dan longsorĀ di Pacitan bertambah menjadi 25 orang.
Memasuki hari keempat, 10 korban belum ditemukan. Ke-25 korban tersebut, terdiri dari enam korban banjir dan 19 korban tanah longsor. Sedangkan, korban yang sudah ditemukan mencapai 15 orang, lima korban banjir dan 10 korban tanah longsor.
Proses pencarian terkendala kondisi alam yang tak mendukung, termasuk medan dan jaringan komunikasi yang masih terputus. Akses menuju lokasi yang tidak dapat diakses oleh alat berat juga menyebabkan pencarian dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan menyemprotkan air. (Red: Mahbib)