Nasional

Ramai Maba Unhas Mengaku Gender Non-Biner, Begini Menurut Psikologi

Sel, 23 Agustus 2022 | 13:30 WIB

Ramai Maba Unhas Mengaku Gender Non-Biner, Begini Menurut Psikologi

Ilustrasi gender non-biner. (Foto: Parents)

Jakarta, NU Online

Istilah non-biner menjadi kata kunci yang banyak dicari di Google. Istilah non-biner sendiri menjadi viral setelah video seorang mahasiswa baru dari Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) mengaku dirinya sebagai non-biner.


Dalam video yang tersebar media sosial, mahasiswa tersebut mengaku dirinya bukanlah laki-laki dan juga bukanlah perempuan. Ia merupakan netral gender atau yang memang dikenal dengan non-biner. Pengakuannya itu mengakibatkan dirinya terlihat diusir dari forum ospek mahasiswa baru (maba) oleh seorang oknum dosen. Belakangan, Rektor Unhas meminta maaf atas tindakan pengusiran tersebut.


Laman Medical News Today melaporkan bahwa non-biner adalah istilah yang menggambarkan seseorang yang tidak mengidentifikasi secara eksklusif sebagai pria atau wanita. Sebaliknya, orang non-biner dapat mendefinisikan identitas dan pengalaman gender mereka di luar istilah biner ini.


Istilah non-biner dapat menggambarkan beberapa konsep yang berbeda, dan orang sering menggunakannya secara bergantian dengan istilah seperti agender, androgini, dan genderqueer. Ini dapat membuat kebingungan tentang apa arti istilah-istilah ini dan bagaimana seseorang dapat menggunakannya.


Beberapa orang mungkin tidak dapat mengkonseptualisasikan identitas gender mereka dalam istilah biner. Namun, mereka mungkin masih memiliki perasaan yang kuat tentang jenis kelamin mereka tanpa mengidentifikasi sebagai pria atau wanita.


Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsep non-biner berakar pada gagasan bahwa identitas gender berada pada spektrum daripada menjadi oposisi biner. Orang mungkin mengidentifikasi di seberang, atau bahkan di luar, spektrum ini.


Orang non-biner mungkin merasa bahwa identitas dan pengalaman gender mereka mencakup aspek biner atau tidak sama sekali. Beberapa orang mungkin juga melihat identitas dan pengalaman mereka sebagai cairan, atau selalu berubah.


Visibilitas sosial identitas non-biner meningkat. Namun, banyak orang tidak sepenuhnya memahami apa artinya menjadi non-biner. Faktanya, satu survei tahun 2015 menemukan bahwa 86 persen responden non-biner tidak mengoreksi orang yang salah mengartikannya karena “kebanyakan orang tidak mengerti, jadi mereka tidak mencoba menjelaskannya.”


Josianna Van Dijken dalam Journal of the Endocrine Society Vol 5, 2021 menjelaskan, ilmu psikologi telah mengakui bahwa gender bukan semata-mata laki-laki dan perempuan (gender biner), tetapi berwujud dalam suatu spektrum dengan susunan yang bervariasi. Di Indonesia sendiri, gender non-biner ini sebenarnya bukanlah konsep yang asing.


Dalam masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, dikenal istilah Bissu, yaitu kaum pendeta yang mengidentifikasi dirinya bukan sebagai laki-laki ataupun perempuan. Seorang Bissu, tidak dapat dianggap sebagai transgender atau waria, dan kepercayaan tradisional Bugis pun mengenal lima identitas gender.


Kelima identitas itu: oroane atau laki-laki, makunrai atau perempuan, calalai atau perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki, calabai atau laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan, dan bissu yang dianggap merupakan kombinasi dari semua jenis kelamin tersebut.


Konsep ini mungkin masih membingungkan bagi orang awam yang terbiasa memahami kategori gender secara tradisional. Ada pula istilah-istilah lain seperti genderfluid, pangender, hingga agender yang punya arti berbeda—tetapi pada dasarnya sama-sama mengidentifikasi bahwa gender tak hanya perempuan dan laki-laki.


Pewarta: Syifa Arrahmah

Editor: Fathoni Ahmad