Nasional MUNAS KONBES NU 2019

Rais ‘Aam Ajak Warga NU Tata Ulang Pola Gerakan di Era Industri 4.0

Rab, 27 Februari 2019 | 09:35 WIB

Rais ‘Aam Ajak Warga NU Tata Ulang Pola Gerakan di Era Industri 4.0

Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar

Kota Banjar, NU Online

Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengajak warga dan pengurus NU untuk mengevaluasi metode gerakan Nahdlatu Ulama menghadapi perubahan zaman. Pasalnya perubahan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat di era revolusi industri serta banjir oleh perilaku buruk membutuhkan kesiapan tersendiri.

“Di saat dunia sudah makin menjukkan sifat pancarobanya, fitnah, tuduhan, suudzzan pesaingan global yang tidak seimbang, dan dunia sudah melangkah pada persaingan revolusi industri. Marilah kita merenungkan dan merekonstruksi kembali, apa yang salah apa yang sudah apa yang benar yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita,” kata KH Miftachul Akhyar, dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2019 di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo Kujangsari, Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat

Rekonstruksi gerakan yang dimaksud ini harus sejalan dalam empat bingkai ukhuwah: ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah insaniyah atau basyariyah dan ukhuwah nahdliyah.

Urgensi merumuskan arah gerakan baru semakin diperlukan saat masyarakat Indonesia menghadapi era bonus demografi pada tahun 2035. Tanpa persiapan yang baik, bonus demografi dapat berubah menjadi ‘musibah demografi’.

Maka dari itu, dalam rangka hal tersebut dan bersamaan dengan jelang satu abad organisasi Nahdlatul Ulama perlu dirumuskan tata gerakan organisasi yang baru. Kiai Miftah menawarkan empat strategi besar, yakni:

Pertama, grand idea atau penyegaran kembali visi misi Nahdlatul Ulama. Kedua adalah grand program. Grand program yang dimaksud adalah program yang didesain secara besar yang melibatkan keluarga besar Nahdliyin.

Ketiga adalah grand strategy atau strategi skala besar yang  berisi inovasi yang direncanakan, dikelola dan diamalkan oleh kader-kader NU yang berasal dari berbagai latar belakang. “Sayangnya saat ini kader NU lebih banyak berkumpul di departemen keagamaan,” katanya. Maka dari itu ke depan perlu mengembangkan kader NU yang memiliki kemampuan lain.

Keempat adalah grand kontrol. Yang dimaksud oleh Kiai Miftah adalah terciptanya “sistem komando yang baik mulai dari level PBNU sampe anak ranting”. Sistem ini diperlukan untuk membuat organisasi lebih responsif dan proaktif sehingga kelak NU akan lebih mampu bersaing dengan organisasi lain.

 “Ini PR (pekerjaan rumah) NU yang perlu dirumuskan dalam Munas dan Konbes saat ini. Sebab jika tidak dikelola dengan baik, kita jadi bulan-bulanan yang diperebutkan oleh orang lain,” pungkasnya. (Ahmad Rozali)