Nasional

Quraish Shihab: Hormati Pendapat Tak Berarti Menerimanya

Sen, 26 Desember 2016 | 09:30 WIB

Quraish Shihab: Hormati Pendapat Tak Berarti Menerimanya

Quraish Shihab (kanan) bersama KH Salahuddin Wahid di depan makam Mbah Hasyim dan Gus Dur

Jombang, NU Online
Pakar tafsir Al-Qur’an Quraish Shihab mengajak kalangan pesantren dan seluruh masyarakat untuk senantiasa menghormati perbedaan dan mengembangkan budaya Islam yang damai. Ia  menegaskan, menghormati pendapat yang berbeda bukan berarti menerimanya.

Ia menyampaikan hal itu saat berkunjung ke Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Senin (26/12), bersama keluarga besar Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta. Forum dialog digelar di Aula Gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng dan diikuti oleh ratusan kiai dan pengajar Al-Qur’an dari seluruh Jawa Timur.

(Baca: Quraish Shihab Ziarahi Makam Mbah Hasyim dan Gus Dur)

"Kita hidup dalam masyarakat yang memiliki budaya yang sangat plural. Karena itu, semua pendapat yang berbeda, harus kita hormati. Dan, menghormati pendapat yang berbeda itu bukan berarti menerimanya," kata ayah dari presenter Najwa Shihab ini.

Quraish lalu mencontohkan bagaimana muslimah Indonesia zaman dulu hanya mengenakan kerudung yang diselempangkan di kepala, dan tetap menampakkan sebagian rambut mereka. Berbeda dengan jilbab yang dikenakan perempuan zaman sekarang, yang menutupi seluruh kepala.

Menurut dia, para ulama zaman dahulu membiarkan praktik tersebut bukan tanpa dasar. Pasalnya, setiap pemikiran dan praktik keagamaan tidak bisa dilepaskan dari budaya yang berlaku di masyarakat. "Pasti para ulama waktu itu mempertimbangkan konteks budaya yang berkembang di masyarakat," ujarnya.

Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an ini pun mengajak kalangan pesantren untuk menjadikan konteks budaya sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan pemikiran dan studi Al-Qur’an. "Dalam konteks studi dan pengembangan nilai-nilai Al-Qur’an, jangan sampai penafsiran kita tidak sejalan dengan budaya yang berkembang di masyarakat," imbuhnya.

Meski demikian, menurut lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini, penghormatan terhadap perbedaan juga dibatasi pada budaya dan pendapat yang mengarah pada kedamaian. "Semua pendapat yang berbeda, dari mana pun datangnya, selama bercirikan kedamaian, harus kita hormati. Pendapat yang berbeda dengan kita, tapi tidak bercirikan kedamaian, (harus) kita tolak," tegasnya.

Sebelum mengakhiri dialog, Quraish menegaskan bahwa penjelasannya soal jilbab bukan berarti mengajak yang sudah berjilbab untuk melepaskan jilbab mereka. "Saya hanya tersinggung kalau orang tua kita yang dulu hanya berkerudung dianggap tidak menutup aurat. Sebab, ibu saya dulu juga tidak berjilbab (seperti orang sekarang)," ujarnya disambut tawa hadirin.

Tampak hadir dalam forum dialog tersebut, Pengasuh PP Roudhotu Tahfidhil Qur’an Perak Jombang KH Masduqi, Mudir Madrasatul Qur’an Tebuireng KH Syakir Ridwan dan Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng Nur Hannan.

Quraish Shihab yang datang bersama istri dan sebagian anak cucunya serta didampingi Direktur PSQ Mukhlis M Hanafi disambut hangat oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid beserta Nyai Hj. Farida Salahuddin. (Red: Mahbib)