Nasional

PWNU Sumut: Film “Innocence of Muslims” harus Disikapi Cerdas

NU Online  ·  Senin, 24 September 2012 | 07:46 WIB

Medan, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan, wajar umat Islam marah atas beredarnya film “Innocence of Muslims” yang berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW . Begitu juga terbitnya kartun Nabi Muhammad oleh majalah Prancis "Charlie Hebdo".<>

“PWNU Sumut memahami kemarahan umat Islam atas beredar dan terbitnya film dan kartun penghinaan Nabi Muhammad itu. Tapi kita berharap, kemarahan harus lewat cara-cara yang cerdas. Kemarahan jangan sampai merugikan atau mengorbankan pihak-pihak lain yang tidak terkait,” kata Ketua PWNU Sumut H Ashari Tambunan yang ditemui wartawan seusai menggelar pertemuan membahas hasil Musyawarah Nasional (Munas) Ulama dan Konferensi Besar NU di Cirebon (14-17 September), di kantor PWNU Sumut, Jalan Sei Batanghari Medan, Senin (24/9).

Didampingi Sekretaris PWNU Sumut Misran Sihaloho, Katib Syuriyah H Musaddad Lubis, Wakil Ketua H Abdullah Nasution, Wakil Sekretaris H Khairuddin Hutasuhut, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) KH Asnan Ritonga dan pengurus lainnya, Ashari mengatakan, film “Innocence of Muslims” jelas dibuat oleh orang-orang yang anti-Islam dan menginginkan terjadinya kekisruhan di dunia. Artinya, jika terpancing melakukan anarkisme seperti kasus pembunuhan Dubes Amerika Serikat di Libya, itu berarti  umat Islam telah terperangkap pada skenario kelompok-kelompok yang mengingkan terjadinya kisruh di negara-negara atau berpenduduk muslim.

Ashari pun menyatakan, pemerintah AS memang  tidak terlibat dalam pembuatan film “Innocence of Muslims”. Tapi pemerintah AS berkewajiban melakukan penegakan hukum dengan tegas terhadap orang-orang yang telah melakukan penistaan agama dan menyulut kekisruhan di belahan dunia.


“Pemerintah AS harus menangkap dan menghukum orang-orang yang melakukan penistaan agama, dan bersungguh-sungguh melakukan pencegahan agar kasus serupa tidak terjadi lagi. Pelaksanaan hukum yang tegas kepada para pelaku akan dapat meredakan emosi Islam,” tandas Ashari.

Munas Ulama dan Konbes NU di Cirebon, tambah Ashari, telah mengeluarkan rekomendasi agar lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan OKI membuat Konvensi yang mewajibkan semua orang untuk tidak melakukan tindakan yang melecehkan dan atau menodai simbol-simbol yang dihormati agama.

Dalam rekomendasi itu diimbau mat Islam agar tidak mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan yang tidak terkendali dan destruktif oleh segala bentuk serangan seperti yang dilakukan pembuat film “Innocence of  Muslims”.

Katib Syuriyah PWNU Sumut menambahkan,  umat Islam perlu melakukan langkah-langkah cerdas untuk menangkis provokasi dan propaganda yang dilakukan orang-orang anti-Islam.  “Misalnya, jika mereka membuat buku dan film, maka harus  dibalas dengan buku dan film juga yang mampu menangkis semua tudingan mereka,” ujar dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sumut ini.NU Kokohkan Jatidiri

Dalam kesempatan itu, Musaddad Lubis juga mengatakan, Munas Ulama dan Konbes NU di Pesantren Pempek Cirebon 14-17 September lalu telah mengeluarkan empat rekomendasi. Yakni persoalan politik dan korupsi, persoalan pajak, persoalan internasional  (menyikapi film Innocence of Muslims), dan persoalan pendidikan.

“NU menyikapi berbagai masalah bangsa, karena sebagai ormas terbesar di Tanah Air semakin mengokohkan jatidirinya sebagai pembela kepentingan rakyat, bangsa dan negara,” ujar Musaddad seraya menambahkan, dalam Munas dan Konbes itu PWNU Sumut mengirimkan sejumlah peserta, di antaranya Rais Syuriyah PWNU Syekh H Mahmuddin Pasaribu, Mustasyar Prof Nawawiy Loebis, KH Asnan Ritonga, H Usman Lubis, Sekretaris Tanfdziyah Misran Sihaloho, Wakil Ketua H Adlin Damanik, dan H Abdullah Nasution.  


Redaktur   : Mukafi  
Kontributor: Hamdani Nasution