Tangerang, NU Online
Pusat Studi dan Pengembangan Pesantren (PSPP) menggelar kajian kitab-kitab karya ulama Nusantara. Salah satunya adalah al-Mandzumah ad-Daaliyah fi Awa’il al-Asyhur al-Qamariyyah karya Syaikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi.<>
Menurut Jamaluddin Mohammad, salah seorang pengurus PSPP, kitab tersebut selesai ditulis pada 1930 M. Isinya adalah dasar-dasar ilmu falak (astronomi) tata cara penetapan awal bulan dengan mempertimbangkan imkanu rukyat (prediksi sebelum melihat hilal).
“Kitab tersebut ditulis dalam bentuk nadzam (syair) sebanyak 48 nadzam. Penulisan bentuk nadzam merupakan salah satu strategi ulama agar penyajiannya simpel, padat, mudah dihapal, dan juga tak sulit dipahami. Oleh pentahqiqnya, Fatin Masyhudi Bahri, kitab ini diberi catatan pengantar dan keterangan tambahan,” katanya kepada NU Online, di kantor PSPP Ciputat, Tangerang, Sabtu (21/7).
Jamal menambahkan, kitab ini juga memberi jawaban seputar kebingungan atas perdebatan yang tak pernah selesai antara rukyat dan hisab.
“Intinya, terdapat banyak pendapat dan tidak seragam. Misalnya, pendapat Ja’far Shadiq yang mengatakan bahwa ketika kita kebingungan menetapkan awal Ramadhan, maka cukup ditambahkan lima hari dari hari awal Ramadhan tahun kemarin.”
Jadi, lanjut Jamal, perbedaan penanggalan awal Ramadhan bukanlah hal baru. Tapi sekarang herannya, di media, terutama televisi, pemberitaan terkesan berlebihan dan dibesar-besarkan.
“Padahal orang-orang pesantren menyikapi perbedaan itu biasa-biasa saja. Para santri sudah terlalu kenyang “menikmati” perbedaan,” ujarnya.
Syaikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar al-Maskumambangi (1273/1353 H) adalah ulama Nusantara yang produktif menulis kitab-kitab berbahasa Arab. Ia lahir di Maskumambang, Dukun, Gresik, Jawa Timur. Ia menguasai ragam disiplin ilmu, seperti tafsir, tauhid, fiqh, nahwu, balaghah, mantiq, dan ushul fiqh.
Muhammad Faqih belajar ilmu agama pertama kali kepada bapaknya, Syeikh Abdul Jabbar. Ia memiliki banyak murid, diantaranya Syaikh Muhammad Soleh, pengasuh Pondok Pesantren Talun, Bojonegoro; KH Abdul Hadi, Pondok Pesantren Langitan, Tuban.
Muhammad Faqih Abdul Jabbar sezaman dengan Muhammad Ma’sum bin Ali bin Abdul Jabbar. Keduanya sama-sama ahli falak dan bergelar al-Maskumambangi.Yang disebut terakhir adalah saudaranya angkatnya. Ia merupakan menantu Hadrotusy Syaikh Hasyim Asyari yang menikah dengan Khairiyyah.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Penulis : Abdullah Alawi
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
5
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
6
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
Terkini
Lihat Semua