Nasional

Prof Nina Nurmila: Beban Perempuan Selama Pandemi Covid-19 Multipel

Jum, 24 September 2021 | 01:00 WIB

Prof Nina Nurmila: Beban Perempuan Selama Pandemi Covid-19 Multipel

Prof Nina Nurmila: Beban Perempuan Selama Pandemi Covid-19 Multipel.

Jakarta, NU Online
Beban yang dialami perempuan selama pandemi Covid-19 membawanya menjadi kelompok yang lebih rentan terdampak dibanding laki-laki, seperti mengalami penurunan sumber pendapatan, bahkan kehilangan pekerjaan. Selain itu, perempuan rentan alami gangguan mental selama.
 
Berdasarkan hasil survei Menilai Dampak Covid-19 terhadap Gender dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 57 persen perempuan mengalami peningkatan stres dan kecemasan akibat bertambahnya beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan, kehilangan pekerjaan dan pendapatan, serta mengalami kekerasan berbasis gender. Sedangkan jumlah laki-laki yang mengalami permasalahan tersebut berada di angka 48 persen. 
 
Berangkat dari hal terebut, Komisioner Komnas Perempuan, Prof Nina Nurmila, mengatakan bahwa tak hanya ganda, beban yang bertumpu pada perempuan selama pandemi sendiri lebih jauh dari itu. 
 
“Masih sedikit ya, suami yang mau ikut bekerja mengasuh-mengurus rumah tangga. Dan hal ini akan lebih menambah stres perempuan apalagi di tengah pandemi, work from home. Anak-anak yang biasanya ke sekolah dari jam 7 sampai jam 12, di mana proses pendidikannya bisa dilaksanakan oleh guru, kemudian dialihkan kepada ibu sehingga kemudian beban perempuan tidak hanya ganda, tapi multipel ya, banyak,” terangnya kepada NU Online, Kamis (23/9/2021).
 
Mengutip dari CNN, angka kekerasan pada perempuan per Januari-Juli 2021 tercatat sebanyak 2.500 kasus. Angka tersebut melampaui jumlah kasus tahun 2020 yang berada di 2.400 kasus. Kasus ini melonjak seiring belum usainya pandemi di Indonesia. Selain faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga turut menjadi faktor lainnya yang menyumbang angka perceraian selama pandemi.
 
“Perceraian itu bisa punya banyak faktor. Orang stres bisa bertengkar. Dari bertengkar bisa terjadi kekerasan fisik ataupun verbal,” kata Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati tersebut. 
 
Kurangnya tercipta komunikasi asertif pada hubungan suami istri, turut memperparah keretakan rumah tangga setelah tertimpa oleh faktor sebelumnya. Hal serupa Nina tuangkan pada jurnalnya Pengaruh Budaya Patriarki terhadap Pemahaman Agama dan Pembentukan Budaya.
 
Dijelaskan, budaya patriarki telah menciptakan ketidakadilan dalam relasi gender, yang mana ia diketahui menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dibanding laki-laki. 
 
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin