Nasional

Produksi di Pegunungan, HPN Lakukan Kemajuan Industri Garam

NU Online  ·  Jumat, 11 Mei 2018 | 10:40 WIB

Jakarta, NU Online
Selain melakukan sejumlah program bagi para pengusaha warga NU, Himpunan Pengusaha Nahdliyin juga terus melakukan terobosan. Seperti melakukan produksi garam di pegunungan yang dilakukan oleh HPN Cirebon, Jawa Barat.
 
“Ini satu kemajuan bagi industri garam di Indonesia di mana yang selama ini produksi garam hanya ada di daerah pesisir pantai dan berbentuk tambak,” ujar Kepala Departemen Pengembangan Ekonomi Pedesaan dan Pesantren (PEPP) DPP HPN Fathur kepada NU Online pekan lalu.

Menurutnya, terobosan HPN Cirebon dalam pembuatan garam kristal di pegunungan di Desa Ciawi Gajah, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon ini salah satu upaya HPNdalam pemberdayaan masyarakat desa.

“Apalagi HPN Cirebon bekerja sama dengan BUMDes Cirebon. Gagasan bertani garam di desa tersebut oleh Biro Pengembangan Usaha Maritim dan Sumberdaya Kelautan,” jelasnya.


Garapan produksi garam di pegunungan. (Foto: Istimewa)

Pembuatan garam kristal di dataran tinggi menggunakan teknologi ulir filter (tuf). Yang mana berada di lahan 7 petak dg ukuran 4 petak 12x7 dan 3 petak 7x4 dan untuk menghindari paparan air hujan bagian atas petak tersebut di kasih plastik UV sedangkan alas petaknya menggunakan plastik LDPE.

Dengan adanya kerja nyata dari HPN Cirebon ini, tentu HPN Pusat ikut bangga atas inisiatif dan penemuannya sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat desa. Perlu dijelaskan bahwa proses pembuatan garam di dataran tinggi memang tidak sederhana tapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan. 

Pada proses ini ketinggian air di bak penampung tidak lebih dari 5 cm. Dan dalam tempo 15 hari garam sudah bisa dipanen dengan harapan dari petak 7x4 meter dapat menghasilkan 5 kwintal garam dengan kadar NaCl 95-97 persen dan dua meter kubik bitten (air kandungan garam kristal) untuk selanjutnya akan diolah menjadi garam kesehatan.


Garam gunung (Foto: Istimewa)

Secara umum usaha produksi garam di dataran tinggi secara ekonomis sangat menjanjikan karena biaya produksinya rendah, dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja. 

“Namun demikian, ada satu hal yang mungkin harus dipikirkan secara serius adalah pengangkutan air laut ke tempat pembuatan garam di dataran tinggi,” ucap Fathur.

Menurutnya, hal ini bisa diatasi dengan menggunakan tangki air dengan kapasitas yang besar sehingga akan menurunkan ongkos produksi. Satu hal yang harus disampaikan, kedepan Cirebon akan menjadi pusat gudang garam untuk wilayah Jawa.

“Peluang usaha garam di dataran tinggi sangat menjanjikan dan sekali lagi selamat kepada HPN Cirebon yang telah melakukan terobosan dalam usaha memberdayakan masyarakat desa,” tandas Fathur. (Fathoni)