Nasional

Prihatin Pendidikan, RMINU Serukan Pembacaan Shalawat Nariyah dan Hizb Nashar

NU Online  ·  Kamis, 13 Juli 2017 | 03:38 WIB

Jakarta, NU Online
Bebebrapa hari lalu Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) atau asosiasi pesantren NU menyerukan kepada pondok pesantren dan madarasah diniyah untuk serentak membaca Hizb Nashar dan Shalawat Nariyah pada malam Jumat atau Kamis (13/7) malam ini.

Pembacaan dua wirid yang populer di kalangan pesantren ini merupakan bentuk keprihatinan atas kebijakan nasional pemberlakuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuayaaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah.

(Baca: Pernyataan Resmi PBNU Menolak Kebijakan Sekolah 5 Hari)


Ketua PP RMINU KH Abdul Ghoffar Rozin mengatakan, Hizb Nashar pernah dibaca para santri untuk mengiringi perhelatan Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 untuk mengatasi suatu persoalan.

Ia membantah tudingan bahwa Hizb Nashar untuk menumpas pihak tertentu layaknya dalam situasi perang. Menurutnya, amalan ini merupakan ikhtiar batin dan doa keselamatan agar terhindar dari ancaman luar.

“Kita tekankan, perbanyak membaca Shalawat Nariyah. Membaca Hizb Nashar bagi mereka yang punya ijazah saja,” katanya di Jakarta, Kamis (13/7), usai berkonsltasi dengan Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin dan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj.

RMINU memandang Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 akan mematikan lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini terbukti memberikan kontribusi nyata bagi penguatan pendidikan karakter.

Gus Rozin, sapaan akrab ketua PP RMINU itu, menambahkan, Permendikbud itu dimaksudkan untuk memastikan implementasi penguatan pendidikan karakter. Namun semua pasal dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 sama sekali tidak menunjukkan arah tersebut.

“Permendikbud 23/2017 hanya berisi pemindahan atau penambahan jam pelajaran yang tidak memiliki andil secara otomatis bagi penguatan pendidikan karakter,” tuturnya. (Mahbib)